HOLOPIS.COM, JAKARTA – Tito Karnavian menuding film ‘Dirty Vote’ yang sedang viral di media sosial cuma kumpulan opini dari sekelompok orang.
Menteri Dalam Negeri RI itu pun menganggap produksi film itu tidak menempuh dua metode ilmiah dalam menghasilkan suatu kesimpulan sehingga hanya sebatas pembentukan opini.
Dua metode ilmiah itu menurutnya adalah congruent method (metode kongruen) dan tracing method (metode pelacakan).
“Saya lihat ini pemberitaan dalam bentuk documentary, tapi sebetulnya saya lihat adalah pembentukan opini dengan merangkai sejumlah peristiwa,” kata Tito Karnavian dalam pernyataannya pada Senin (19/2) seperti dikutip Holopis.com.
Dalam penilaiannya, mantan Kapolri itu pun menganggap pengumpulan data yang dibuat dalam film itu tidak menggunakan proses verifikasi lebih lanjut.
“Kalau kita ingin mengambil hipotesa, sama dengan media, ketika membuat hipotesa boleh. Tapi kalau mau membuat tulisan yang betul-betul akurat, ya harus menempuh proses tracing,” kata dia.
Tito kemudian menyoroti tuduhan yang menyebut dirinya berperan dalam pemenangan pasangan calon (paslon) tertentu karena adanya pemekaran provinsi di Pulau Papua.
Padahal, pemekaran provinsi di Pulau Papua itu dilakukan sebelum adanya koalisi partai-partai dan pasangan calon untuk pemilu. Selain itu, pemekaran provinsi di Papua bukan merupakan inisiatif pemerintah, melainkan dari DPR dan aspirasi masyarakat.
“Tapi tiba-tiba dilompatkan bahwa pemekaran Papua itu dalam rangka untuk mempermudah paslon yang disiapkan pemerintah untuk memenuhi persyaratan 20 persen (suara) dari separuh provinsi, saya bilang itu terlalu jauh,” tuntasnya.