HOLOPIS.COM, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) memprediksi kinerja penjualan eceran akan meningkat pada Januari 2024. Hal itu tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Januari 2024 yang mencapai 216,0, atau tumbuh 3,7 persen yaer-on-year (yoy).
Asisten Gubernur sekaligus Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menuturkan, peningkatan pertumbuhan penjualan terjadi pada mayoritas kelompok, terutama kelompok barang lainnya.
Ini khususnya pada subkelompok sandang, kelompok perlengkapan rumah tangga lainnya, serta kelompok makanan, minuman, dan tembakau.
“Secara bulanan, pertumbuhan penjualan eceran diprakirakan terkontraksi 1,0 persen (month-to-month/mtm), sejalan dengan normalisasi permintaan masyarakat setelah periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan libur tahun baru serta faktor cuaca,” kata Erwin dalam siaran pers yang dikutip Holopis.com, Sabtu (17/2).
Penurunan kinerja penjualan eceran terutama terjadi pada Kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, diikuti Subkelompok Sandang, Kelompok Barang Budaya dan Rekreasi, serta Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau.
Adapun pada periode sebelumnya, yakni pada Desember 2023, IPR secara tahunan tercatat tumbuh sebesar 0,2 peraen (yoy), menjadikan IPR pada periode tersebut mencapai angka 218,1.
Pertumbuhan kinerja di bulan Desember 2023 ini ditopang oleh pertumbuhan penjualan pada Kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya, serta Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau.
“Secara bulanan, penjualan eceran tercatat tumbuh 4,9 persen (mtm), sejalan dengan peningkatan permintaan pada periode HBKN dan libur tahun baru, serta strategi potongan harga dari pedagang eceran,” ujar Erwin.
Peningkatan terjadi pada mayoritas kelompok, terutama Subkelompok Sandang, Kelompok Barang Budaya dan Rekreasi, serta Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau.
Kemudian dari sisi harga, lanjut Erwin, Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) Maret 2024 tercatat sebesar 137,2, meningkat dari 129,3 pada Februari 2024 didorong oleh ekspektasi kenaikan harga pada bulan Ramadan.
Sedangkan pada Juni 2024 tercatat sebesar 125,8, yang mana angka itu lebih rendah dari indeks pada Mei 2024 yang sebesar 132,4. Hal itu karena kelancaran distribusi dan ketersediaan pasokan yang dipandang mendukung pembentukan harga lebih rendah.