HOLOPIS.COM, JAKARTA – Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Ujang Komarudin menilai bahwa wacana pemakzulan Jokowi (Joko Widodo) sebagai Presiden akan sulit terwujud. Hal ini untuk menyikapi agenda politik sejumlah pihak yang hendak menyuarakan agar Jokowi diimpeachment.
“Kalau saya sih lihatnya sulit eksekusinya, karna partai-partai juga masih bersama Jokowi, elit-elit masih bersama Jokowi,” kata Ujang kepada Holopis.com, Kamis (1/2).
Dalam agenda pemakzulan Presiden, ada beberapa hal politis yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Yang pertama adalah pelanggaran hukum, jika seorang Presiden melakukan pelanggaran hukum dan aparat penegak hukum bisa tegas menindaknya, maka peluang Presiden dimakzulkan akan terbuka.
“Kan sebenarnya masih ada beberapa faktor memakzulkan Jokowi ya. Yang pertama soal pelanggaran terhadap konstitusi atau undang-undang, harus jelas dulu pelanggarannya. Nah, ini kan menjadi perdebatan di situ, ada pelanggaran atau tidak,” ujarnya.
Kemudian, faktor lain adalah sikap partai politik di Parlemen. Jika mayoritas partai tersebut berlawanan dengan Presiden sebagai eksekutif, maka legislatif jika mau bisa mengambil sikap untuk melakukan impeachment. Pun demikian, sikap itu harus dibarengi dengan alasan yang kuat, logis dan faktual.
“Yang kedua itu soal elit politiknya. Elit politiknya kalau sudah meninggalkan Jokowi, baru Jokowi lemah, bisa (dimakzulkan). Tapi selama elit politiknya masih banyak yang ke Jokowi, banyak yang ngedukung Jokowi, ya Jokowi masih aman,” tuturnya.
Faktor ketiga adalah tidak solidnya aparat keamanan dan penegak hukum yakni TNI dan Polri kepada Presiden. Ketika dua institusi itu tidak lagi sejalan dengan sikap dan langkah Presiden, maka peluang untuk impeachment juga bisa terbuka lebar.
“Lalu tentara dan polisi katakanlah, kalau masih solid dengan Jokowi ya susah untuk dimakzulkan, kalau tentara sama polisinya masih loyal kepada Jokowi, (maka) Jokowi masih aman,” lanjutnya.
Keempat adalah faktor social movement. Jika sampai ada gerakan besar-besaran dari Mahasiswa dan Pemuda seperti di era 1998 di mana Soeharto digulingkan karena menjadi target common enemy, maka peluang Jokowi untuk dimakzulkan juga bisa terbuka.
“Lalu juga gerakan mahasiswa dan gerakan rakyat. Gerakan mahasiswa dan rakyat ini kan saat ini musuhnya bukan satu musuh, bukan musuh bersama, terpecah-pecah. Musuhnya banyak gitu loh, bukan hanya satu musuh. Jadi kalau musuhnya banyak tidak bersatu, ini juga Jokowi dianggap masih kuat gitu,” tukasnya.