Yusrizki mengklaim pinjam meminjam uang itu tak berkaitan dengan perusahaan, melainkan atas insiatifnya sendiri. Namun, kata Yusrizki, Irwan Hermawan hingga kini belum mengembalikan uang yang diklaim pinjaman tersebut.

“60 M itu banyak loh pak,” sindir hakim.

Yusrizki dalam keterangan berita acara pemeriksaan (BAP)-nya menyebut terdapat tiga perusahaan yang menyediakan power sistem dalam proyek ini, yang terdiri dari baterai dan solar panel. Ketiga perusahaan yang dimaksud yaitu PT Excelsia Mitraniaga Mandiri (PT EMM) untuk pengerjaan paket 1 dan 2, PT Bintang Komunikasi Utama (PT BKU) untuk paket 3, dan PT Indo Elektrik Instruments (PT IEI) untuk paket 4-5.

Selaku Direktur PT Basis Utama Prima (BUP),
Yusrizki mengatakan perusahaannya memiliki 51 persen saham di PT IEI. Dimana pemegang saham BUP adalah Hapsoro (Hapsoro Sukmonohadi atau Happy Hapsoro) yang memiliki 99,99 persen saham dan Arsjad Rasjid (Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia/Kadin) periode 2021-2026 dengan kepemilikan 0,1 persen.

Selaku Direktur PT BUP ,Yusrizki dalam keteranganya dalam BAP mengaku melakukan pemantauan pada level subkontraktor untuk mengetahui siapa yang memenangkan tender maincon power sistem. Setelah mengetahui pemenang pengadaan power sistem dirinya langsung melakukan pendekatan.

Namun, Yusrizki mengaku tidak pernah berkomunikasi dengan pihak Kominfo. Yusrizki mengaku hanya berkomunikasi dengan pihak dari Bakti melalui Anang Achmad Latif selaku Direktur Utama.

Yusrizki juga membenarkan dirinya menjabat President Commissioner PT Fluidic Indonesia pada Maret 2018-Agustus 2020. Perusahaan itu disebut merupakan anak perusahaan dari PT BUP yang 99,99 persen sahamnya dikuasai Happy Hapsoro.

PT Fluidic Indonesia disebut merupakan perusahaan bidang manufacture baterai yang sudah tutup. Akan tetapi perusahaan tersebut masih beroperasi untuk bidang jasa.

Happy Hapsoro disebut-sebut memiliki relasi dengan mantan Menkominfo Rudiantara. Pasalnya, Rudiantara merupakan Komisaris Utama PT Rukun Raharja Tbk (RAJA), perusahaan penyedia energi yang berbasis di Indonesia. Dalam situs resmi bursa efek Indonesia atau yang dikenal BEI, tercatat nama Hapsoro memilik 28,51 persen saham. Dan PT BUP juga memiliki 12,22 persen saham di RAJA.

Dalam keteranganya di BAP, Yusrizki mengaku sudah melakukan pendekatan untuk ikut kebagian proyek BTS ketika Rudiantara menjabat Menkominfo atau pada periode pertama pemerintahan Presiden Jokowi. Yusrizki bahkan menghadap Rudiantara untuk menerobos ketatnya syarat kualifikasi dan informasi terkait proyek agar bisa mendapatkan kontrak pola sewa.

Sepengetahuan Yusrizki, saat Rudiantara menjabat Menkominfo, akan ada kembali proyek pengadaan BTS yang dikemas dalam agenda nasional Merdeka Signal. Nah, upaya Yusrizki membuahkan hasil ketika Johnny Plate menjabat Menkominfo. Dimana, Johnny Plate melanjutkan kembali rencana BTS dengan metode Capex (Capital Expenditure).