HOLOPIS.COM, JAKARTA – Nahdlatul Ulama (NU) tahun ini memasuki usia 101 tahun, atau 1 abad lebih apabila dihitung menurut penanggalan Hijriah. NU sendiri diketahui berdiri pada tanggal 16 Rajab 1344 Hijriah, atau yang dalam penanggalan masehi bertepatan dengan tanggal 31 Januari 1926 Masehi.
Hingga usianya yang telah lebih dari 1 abad, NU masih dikenal masyarakat sebagai sebuah organisasi Islam terbesar di Indonesia, yang bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial dan ekonomi.
Sejak awal pendiriannya, NU dari waktu ke waktu terus berkontribusi besar dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan, dan kini para anggotanya terlibat aktif dalam pembangunan di berbagai bidang.
Tema Harlah ke-101 NU
Dikutip Holopis.com dari laman resmi NU Online, perayaan Harlah ke-101 NU yang jatuh pada hari ini, Rabu (31/1) mengambil tema ‘Memacu Kinerja, Mengawal Kemenangan Indonesia’. Makna dari tema ini adalah menekankan pentingnya memanfaatkan momentum peringatan Harlah Ke-101 untuk memacu kinerja organisasi Nahdlatul Ulama.
Selain itu, peringatan Harlah ini juga dijadikan sebagai momen strategis untuk meningkatkan performa jam’iyah melalui konsolidasi, penguatan organisasi, dan jaringan. Langkah-langkah itu diarahkan untuk menjadikan NU sebagai bagian yang kuat dalam upaya mengawal kemenangan Indonesia, yang ditandai dengan visi Indonesia Emas 2045.
Sejarah singkat lahirnya NU
Sebagaimana dikutip Holopis.com dari laman NU Online, bahwa berdirinya NU merupakan rangkaian panjang dari sejumlah perjuangan. Karena berdirinya NU merupakan respons dari berbagai problem keagamaan, peneguhan mazhab, serta alasan-alasan kebangsaan dan sosial-masyarakat.
Pendirian NU dibentuk oleh para kyai ternama asal Jawa Timur yang digawangi oleh KH Wahab Chasbullah, sebelumnya para kiai pesantren telah mendirikan organisasi pergerakan Nahdlatul Wathon atau Kebangkitan Tanah Air pada 1916 M, serta Nahdlatut Tujjar atau Kebangkitan Saudagar pada 1918 M.
Kiai Wahab Chasbullah pada tahun 1914 M juga mendirikan kelompok diskusi yang ia beri nama Tashwirul Afkar atau kawah candradimuka pemikiran, ada juga yang menyebutnya Nahdlatul Fikr atau kebangkitan pemikiran.
Dengan kata lain, NU adalah lanjutan dari komunitas dan organisasi-organisasi yang telah berdiri sebelumnya, namun dengan cakupan dan segmen yang lebih luas.
Hingga saat ini, yang biasa disebut sebagai pendiri NU adalah tiga kiai besar asal Jawa Timur. Meski di luar mereka ada sederet nama lainnya yang turut berperan di awal-awal terbentuknya NU. Berikut ini tiga kiai asal Jombang tersebut:
- KH Hasyim Asy’ari
- KH Abdul Wahab Chasbullah
- KH Bisri Syansuri
Mengapa mereka bertiga? Karena mereka yang berperan banyak di awal pembentukan NU. Mereka juga menjadi pimpinan tertinggi NU di kala itu.
Kiai Hasim Asy’ari adalah pemimpin tertinggi pertama yang disebut sebagai rais akbar. Disusul rais aam kedua yakni Kiai Wahab Chasbullah dan rais aam ketiga, Kiai Bisri Syansuri.
Seiring berjalannya waktu, NU pun berkembang pesat dan sangat terjaga. Kini, NU menjadi organisasi Islam terbesar di Indonesia, yang hidup berdampingan dengan berbagai kelompok Islam lainnya.