Berita Holopis HOLOPIS.COM, JAKARTA – Jumlah korban jiwa akibat gempa dahsyat Jepang naik menjadi 200 orang. Saat ini, tim pencarian masih berusaha mencari para korban yang hilang akibat gempa dahsyat berkekuatan 7.5 magnitudo. Sementara itu 100 orang masih dinyatakan hilang.

Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida memerintahkan para menterinya agar berusaha semaksimal mungkin untuk mencari para korban yang masih belum ditemukan.

“Berusaha untuk menyelesaikan permasalahan kondisi terisolasi dan meneruskan aktivitas penyelamatan yang gigih,” kata Fumio Kishida, dikutip Holopis.com, Selasa (9/1).

Sejak gempa bumi yang menghancurkan banyak gedung itu terjadi, ribuan tim pencari masih terus melakukan pekerjaan mereka meskipun dihadang dengan permasalahan cuaca yang buruk.

Sementara itu pemerintah daerah Ishikawa mengumumkan sebanyak 202 orang meninggal dunia dan 102 masih dinyatakan hilang.

Musim dingin juga menyulitkan tim di Jepang untuk melakukan pencarian. Pasalnya saat ini Jepang sedang diselimuti salju tebal yang menyulitkan kerja para pasukan.

Sekitar 30.000 orang saat ini sedang tinggal di tempat penampungan pemerintah. Tempat penampungan itu pun kewalahan menampung ratusan orang. Mereka mengalami kekurangan makanan, air, serta pemanas yang cukup di musim dingin.

Sekadar diketahui Sobat Holopis, bahwa gempa bumi terjadi di daerah Noto di Prefektur Ishikawa, Jepang, Senin (1/1). Berdasarkan data dari Japan Meteorological Agency, kekuatan gempa tersebut 7.6 skala ricther dan terjadi pukul 14.10 waktu setempat.

Skala intensitas seismik tersebut mencapai angka 7, yang artinya saat terjadi gempa hampir semua perabotan yang tidak dipasangi penahan akan berpindah tempat atau jatuh, dan mungkin terbang.

Selain di Ishikawa, gempa juga terasa di sejumlah daerah lainnya seperti Niigata, Toyama, Niigata, Toyama, Fukui, Nagano, Gifu, Tokyo, Yamagata, Fukushima, Ibaraki, Saitama, Tochigi, Miyagi, Gunma, Shizuoka, Aichi, Mie, Shiga, Kyoto, Osaka, Hyogo, Nara, Tottori, Iwate, dan Akita.

Bahkan, gempa tersebut memicu gelombang tsunami dengan ketinggian lebih dari 1 meter di sepanjang pesisir barat Jepang, membuat aliran listrik putus, dan mengharuskan warga pesisir pantai mengungsi ke tempat yang lebih tinggi.