Berita Holopis HOLOPIS.COM, JAKARTA – Pertikaian di Jalur Gaza semakin genting karena pasukan Israel semakin memperkuat bombardir mereka, sementara Hamas yang tak mau tinggal diam mulai mendemonstrasikan kemampuan mereka untuk mengirimkan roket ke Tel Aviv.

Kedua pihak pun sama – sama tak lagi memperdulikan adanya kemungkinan gencatan senjata di antara mereka.

Berbicara kepada media asing, seorang warga mengatakan pemboman Israel saat ini sedang pada tahap paling parah. Cahaya-cahaya ledakan bisa terlihat dari jauh, dan pesawat-pesawat Israel pun tampak sibuk di udara.

“Pesawat-pesawat Israel berkeliaran di area pusat dan selatan, menjatuhkan bom yang membuat langit berasap,” kata seorang warga, dikutip Holopis.com, Jum’at (22/12).

Tingkat Kelaparan Semakin Mengkhawatirkan

Intensitas peperangan yang semakin meningkat ini pun membuat kelaparan pada masyarakat Gaza semakin meningkat. Kekhawatiran pun semain terasa.

Sebuah laporan yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan seluruh penduduk Gaza sedang menghadapi krisis kelaparan. Risiko kelaparan ini semakin meningkat, apalagi ditambah dengan Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC).

“Laporan ini menegaskan ketakutan terburuk kami,” demikian disampaikan Kepala Ekonom dan Direktur Penelitian Program Pangan Dunia PBB, Arif Husain.

Ia pun mengatakan bahwa kondisi konflik di Gaza adalah yang terburu yang pernah ia lihat sepanjang hidupnya.

“Saya sudah melakukan ini selama lebih dari 20 tahun terakhir. Saya pernah ke Afghanistan, Yaman, Suriah, Sudan Selatan, Ethiopia, Nigeria timur laut. Tapi saya belum pernah melihat hal seburuk ini terjadi,” katanya.

Israel Klaim Sudah Berikan Peringatan Sebelum Bombardir Gaza

Sebelumnya, Israel mengklaim telah mendesak warga sipil untuk segera mencari perlindungan ke bagian selatan wilayah tersebut, namun pasukan Israel disebutkan malah terus menyerang semua bagian di wilayah itu.

Seorang warga sipil bernama Umm Mohammed al-Jabri mengatakan ia kehilangan tujuh anak akibat serangan udara yang dilancarkan Israel. Ia pun tinggal memiliki 4 anak lagi yang selamat.

“Saya punya empat anak lagi. Tadi malam mereka mengebom rumah tempat kami berada, dan menghancurkannya. Mereka bilang Rafah adalah tempat yang aman, tidak ada tempat yang aman,” ujarnya.