HOLOPIS.COM, JAKARTA – Ketua DPD Partai Gerindra Sumatera Barat, Andre Rosiade membuka tabir siapa sebenarnya sosok Anies Baswedan yang sempat mempertanyakan Prabowo Subianto soal etika politik. Menurut Andre, justru Anies yang tidak memiliki etika dalam berpolitik dengan lompat-lompat partai tanpa pamit setelah mendapatkan keuntungan lebih.
“Siapa sih mas Anies Baswedan ?,” kata Andre Rosiade mengawali argumentasinya soal Anies Baswedan dalam sebuah talkshow yang dikutip Holopis.com, Minggu (17/12).
Ia mengingatkan kembali bahwa Anies Baswedan pernah memulai karir politiknya dengan ikut dalam Konvensi Calon Presiden untuk 2014 melalui Partai Demokrat tahun 2013 lalu. Karena kalah, ia pun akhirnya ikut merapat ke Jokowi-JK untuk mengusung keduanya dalam Pilpres 2014 lalu. Ganjaran yang didapatnya adalah jabatan politik sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
“Mas Anies itu ikut konvensi Partai Demokrat 2013, di saat Demokrat masih jaya jayanya. Di saat Demokrat terpuruk di Pemilu 2014, beliau pindah dari Konvensi Partai Demokrat ikut Tim Pemenangan Pak Jokowi dan Pak JK. Pak Jokowi menang di Pilpres 2014 diangkat jadi Menteri Pendidikan,” terangnya.
Kurang lebih usia jabatan Anies pun hanya bertahan sekira satu tahun saja, yakni dari 27 Oktober 2014 – 27 Juli 2016. Ia harus mengakhiri jabatannya karena terkena reshuffle oleh pemerintahan Jokowi-JK saat itu.
“Lalu setahun kalau tidak salah, dipecat oleh Pak Jokowi karena reshuffle, nganggur, ya. Ini fakta, bukan fiksi,” lanjutnya.
Lantas pada Pilkada 2017, Anies datang ke rumah Prabowo Subianto untuk meminta dukungan politik kepada Gerindra agar bisa maju bersama Sandiaga Uno untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta menggantikan Basuki Tjahaja Purnama.
Bahkan kata Andre, Prabowo melalui Gerindra tidak hanya sekadar memberikan dukungan politik, tapi juga modal politik berupa kebutuhan finansial untuk pemenangan.
“Lalu setelah itu ya, diusung dan didukung dan dimodali oleh kami, ya. Lalu terpilihlah menjadi Gubernur DKI menikmati kursi empuk Gubernur DKI,” sambung Andre.
Di sinilah etika politik yang buruk dari sosok Anies Baswedan kepada Prabowo Subianto terjadi. Andre menilai bahwa rampung menjadi Gubernur karena habis masa jabatan, bekas rektor Universitas Paramadina Jakarta tersebut tak sowan sama sekali ke Prabowo. Namun tiba-tiba datang ke Partai NasDem untuk maju sebagai Bakal Calon Presiden di 2024.
Sekaligus dengan rentetan sejarah Anies itu, Andre juga menegaskan bahwa Anies Baswedan sama sekali tidak pernah menjadi oposisi. Ia selalu mencari zona aman untuk menjadi penguasa atau berada di balik kekuasaan.
“Nah, tanpa pamit pun ya, ini bicara soal etika, tapi sudahlah, tanpa pamit Mas Anies tiba-tiba deklarasi bersama NasDem, ya itulah menunjukkan bahwa Anies Baswedan tidak pernah oposisi,” tegas Andre.
Dengan demikian, Andre menilai wajar jika pihaknya menertawakan Anies saat bertanya soal etika politik kepada Prabowo Subianto. Sementara ia justru yang tidak memiliki etika dalam berpolitik.
“Bergabung dengan deklarasi dengan NasDem partai pendukung pemerintah yang bukan oposisi juga ya, lalu mempertanyakan Pak Prabowo yang pernah 10 tahun jadi oposisi,” tukasnya.
“Nah, saya nggak tahu kalau mungkin kalah Pilpres 2024 nanti mas Anies ke mana lagi. Dari Demokrat, sempat didukung oleh Gerindra, sekarang didukung oleh NasDem, wallahu a’lam 2029 mas Anies ikut Partai mana lagi,” lanjut Andre.
Oleh sebab itu, Andre pun mengingatkan kepada Anies Baswedan agar tak berlebihan mempertanyakan soal etika politik orang lain, sementara dirinya sendiri tak memiliki etika politik.
“Intinya apa, ini soal adab. Jangan sampai kita menguliahi orang soal etika tapi seperti menepuk air di dulang terpercik muka sendiri,” pungkasnya.