Holopis.com HOLOPIS.COM, JAKARTA – Firli Bahuri tidak lagi mau memberikan komentar miring terhadap Polri pasca dirinya ditetapkan sebagai tersangka kasus pemerasan terhadap eks Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL).

Usai menjalani pemeriksaan di Bareskrim Polri, Firli pun awalnya menyampaikan perihal pemeriksaan dirinya sebagai tersangka yang belum berakhir dengan penjara.

“Yang pertama saya hadir di Mabes Polri, lembaga yang kita banggakan lembaga yang sudah membesarkan saya,” kata Firli Bahuri dalam keterangannya yang dikutip Holopis.com, Jumat (1/12).

Firli kemudian mengklaim bahwa dirinya telah berjasa bagi Polri selamat bertugas sejak tahun 1983 yang lalu.

“Sejak saya tahun 1983 berpangkat sersan dua sampai dengan Jenderal Polisi bintang 3. Tentu pengabdian saya adalah pengabdian pada bangsa dan negara,” ujarnya.

“Dan sampai hari ini saya tetap bangga pada kepolisian RI,” imbuhnya.

Bekasi Ketua KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) tersebut pun sebelumnya diberitakan, sempat menyerang Polri pasca dirinya terseret dalam kasus pemerasan terhadap Syahrul Yasin Limpo. Ia menuding, bahwa proses pemeriksaan yang dijalani di Bareskrim Polri sudah mulai terasa tidak normal bagi dirinya, meski kemudian tidak dijelaskan lebih lanjut situasi apa yang dimaksud.

“Terutama di situasi yang begitu saya anggap situasi abnormal yang tidak bisa saya jelaskan saat ini,” kata Firli, Senin (20/11).

Firli pun kemudian mengaitkan pemeriksaan dirinya dengan kasus Pj Bupati Sorong yang kini telah ditanganinya hingga kemudian menemukan adanya pakta integritas pemenangan Ganjar Pranowo.

“Apalagi sehari sebelumnya saya tidak tidur karena menangani tindak pidana korupsi terkait penjabat Bupati Sorong,” ujarnya.

Firli juga mengaku ada gejolak batin yang dirasakan saat diperiksa di Mabes Polri. Sebagai purnawirawan Polri, dia mengaku Mabes Polri terasa asing baginya saat itu.

“Saya tentu bertanya 40 tahun mengabdi di lembaga Polri, tapi kemarin saya harus bertanya, apa benar saya pernah mengabdi di sana? Dan mengapa markas besar itu terasa asing bagi saya,” tukasnya.

Terlebih, menurut Firli, saat dirinya diperiksa hingga kemudian harus melarikan diri bak maling dari kejaran awak media yang telah menunggunya.

“Itulah yang bergejolak di batin saya saat 16 November 2023. Saya bermaksud menyampaikan perasaan ketidakadilan itu ada, dirasakan. Dan benar adanya,” ujarnya.