HOLOPIS.COM, JAKARTA – KSAD (Kepala Staf Angkatan Darat) Jenderal Maruli Simanjuntak menanggapi perihal gugurnya empat anggota TNI saat baku tembak dengan kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua.
Awalnya, Maruli pun menyebutkan bahwa pihaknya sedang melakukan nego mengenai masalah tersebut. Namun, usai dilantik sebagai KSAD pada Rabu (29/11) Maruli tidak menjelaskan lebih lanjut maksud nego tersebut.
“Beberapa hari lalu anggota saya ada yang gugur juga. Jadi sebenarnya saya sedang banyak menegokan,” kata Maruli Simanjuntak dalam keterangannya yang dikutip Holopis.com, Kamis (30/11).
Maruli kemudian mengaku telah berbincang kepada Presiden Jokowi mengenai penanganan KKB serta konflik di Papua yang harus mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.
“Kebetulan sempet bicara dengan presiden bahwa pekerjaan utk khususnya di papua itu bukan pekerjaan TNI AD saja atau TNI pada umumnya. Itu semua stakeholder harus bisa bekerja di sana,” ungkapnya.
Menantu dari Luhut Binsar itu kemudian menyinggung masalah perang gerilya yang saat ini sudah mulai terlupakan di Indonesia.
“Jadi sebetulnya di dunia ini yang sudah membuat pembelajaran lawan gerilya itu indonesia termasuk hebat. Tapi hal-hal tersebut mungkin sedikit terlupakan dengan perkembangan zaman dan sebagainya,” tuturnya.
Mantan Pangkostrad itu pun mengakui bahwa dirinya berniat membeli para prajurit TNI AD dengan taktik perang gerilya dalam penanganan KKB.
“Intinya dengan perang gerilya adalah merebut hati rakyat. Jadi ini yang memang harus kita tingkatkan terus khususnya di Papua,” tukasnya.
Maruli pun menyatakan, peningkatan perang gerilya itu akan segera dilakukan dengan membekali pendidikan kepada prajurit TNI AD.
“Di internal kita di AD saya pikir kualitas personel itu mudah-mudahan ke depan kita punya banyak peluang untuk sekolah-sekolah di luar dan juga latihan-latihan kita evaluasi,” pungkasnya.