HOLOPIS.COM, JAKARTA – Eksistensi Artificial Intelligence (AI) kini tengah menjadi perhatian masyarakat luas. Salah satu yang ikut bersinggungan adalah kelompok jurnalis.
Menurut peneliti Monash Climate Change Communication Reserach Hub Derry Wijaya, kehadiran teknologi kecerdasan buatan ini bagaikan pisau bermata dua.
“AI seperti dua sisi pisau. Bisa membunuh atau memasak,” kata Derry dalam diskusi Komunikasi, Jurnalisme, AI dan Digitalitasi dalam Isu Lingkungan ‘ Greenpress Community’ yang diadakan SIEJ di Usmar Ismail Hall, Jakarta Selatan, Rabu (8/11) yang dikutip Holopis.com.
Derry menjelaskan, produk yang dihasilkan oleh AI ini bisa dipergunakan untuk hal yang baik atau buruk.
“AI bisa dihasilkan untuk missinformasi atau melawanya,” ucap Derry.
Apabila dipergunakan dengan baik, lanjutnya, AI bisa memfilter informasi hoaks dan ujaran kebencian yang selama ini tersebar luas di dunia maya.
Derry mencontohkan, banyak missinformasi yang terjadi di media sosial saat pendemi COVID-19. Terutama saat kasus meningkat beberapa waktu lalu.
“Semakin panik orang semakin naik missimformasi. Seperti waktu Covid-19 saat kasus naik justru missinformasi naik juga. Ini akan berpengaruh terhadap penyakit lain,” ungkap Derry.
Sementara itu, Communication Lead Microsoft Indonesia, Karen Kusnadi menyebut, bahwa Generatif AI merupakan kemampuan teknologi yang memproduksi sesuatu berupa konten.
“Kita bisa menggunakan generatif AI untuk membuat tulisan dan sebagainya,” jelas Karen.
Dia pun mengibaratkan generatif AI ini sebagai asisten dan co pilot. “Kita lah yang tetap memberikan keputusan atau kita adalah pilotnya.
Kita yang paling tau ini paling tepat atau tidak. Karena generatif AI hanya memberikan rekomendasi,” tutur Karen.
Ia mengingatkan, agar AI tidak membuat jurnalis menjadi ‘malas’ dalam mencari data hingga dengan mudah menyebarluaskannya ke masyarakat.
“Semua kembali ke kita. AI hanya memberikan insgiht. Kita harus menentukan apakah ini layak atau belum dipublikasikan,” pesan Karen.