Holopis.com HOLOPIS.COM, JAKARTA – Ketua Umum Pengurus Besar Gerakan Persaudaraan Muslim Indonesia (PB GPMI), Syarief Hidayatulloh mengajak para generasi muda dan masyarakat luas untuk ikut bersama-sama membendung hoaks dan ujaran kebencian dalam rangka memastikan Pemilu 2024 bisa berjalan dengan baik, lancar, aman dan kondusif.

Salah satu yang patut dilihat adalah potensi penyebaran hoaks melalui media sosial. Hal ini karena masyarakat kecil pun sudah memiliki akses ke media sosial dengan mudah, sehingga peluang penyebaran informasi sesat dan ujaran kebencian atau hatespeech sangat tinggi.

“Masyarakat kita dari tukang ayam dan sebagainya sudah main IG, main Twitter. Maka kita usahakan semua steril (dari hoaks dan ujaran kebencian),” kata Syarief dalam sebuah diskusi publik dengan tema ‘Ciptakan Pemilu 2024 yang Sejuk : Tanpa Hoax, Ujaran Kebencian dan Sara’ di Serasa Kuphie Selatan, Cilandak, Jakarta Selatan pada hari Jumat (13/10) seperti dikutip Holopis.com.

Ia pun mengajak semua masyarakat di seluruh lapisan bisa ikut melakukan literasi digital kepada masyarakat lainnya, baik saudara dekat, saudara jauh hingga jaringan yang lebih luas lagi.

“Siapa yang bisa mengondisikan situasi ini ya kita semua, bukan pemerintah. Kita harus bisa sosialisasikan soal hoaks ini ke semua kalangan,” ujarnya.

Kemudian, ia juga meminta agar upaya literasi digital untuk memutus mata rantai penyebaran hoaks dan ujaran kebencian ini dilakukan saja tanpa harus menunggu tindakan dari pemerintah. Sebab, upaya besar ini harus dilakukan secepat dan seefisien mungkin.

“Saya harap teman-teman di media dan IG, Facebook untuk sosialisasikan segera,” tandasnya.

Lebih lanjut, tokoh Jakarta Selatan ini mengajak semua tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat dan para cendekiawan agar ikut berperan aktif dalam memberikan pendidikan literasi digital kepada masyarakat agar tidak mudah termakan hoaks dan ujaran kebencian. Caranya adalah dengan melakukan cross check terhadap informasi yang diterima, apakah benar atau tidak, apakah sumbernya kredibel dan bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya atau tidak, sehingga tidak mudah percaya dan tidak asal melakukan share konten.

“Kita harap para tokoh, ulama, habaib dan aktivis masyarakat untuk membantu sosialisasikan anti hoaks di kalangan masyarakat dan umatnya,” tutur Syarief.

Lalu, ia juga mengingatkan bahwa hoaks tidak hanya terjadi saat ini atau sebelum momentum pencoblosan saja, akan tetapi ada momentum yang berpotensi jauh lebih dahsyat lagi dalam hal penyebaran konten hoaks dan ujaran kebencian, yakni pasca momentum pencoblosan dan pasca pembacaan quick count.

“Yang harus diantisipasi bukan sekarang, tapi nanti setelah pencoblosan. Akan ada hoaks berseliweran apalagi dia kalah dalam pencoblosan, kan mumpung belum dilantik, jadi mereka akan bermanuver, dan ini yang berbahaya,” terangnya.

Terakhir, ia pun mengatakan bahwa semua yang disampaikannya itu adalah tujuannya untuk memastikan Pemilu 2024 yang akan berlangsung secara serentak bisa kondusif. Sebab hoaks dan ujaran kebencian memiliki daya rusak tinggi dan residunya terlalu lama.

“Mari ciptakan situasi aman kondusif, jangan sebar hoaks dan ujaran kebencian agar Pemilu 2024 lancar,” pungkasnya.