Holopis.com HOLOPIS.COM, JAKARTA – Lembaga Survey and Polling Indonesia (SPIN) mengakui keunggulan elektabilitas Prabowo Subianto menjelang pemilihan Presiden, dalam melanjutkan masa pimpinan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin (12/10).

Keunggulan presentase elektabilitas Prabowo Subianto didapatkan pada survei yang dikerahkan secara online melalui tabulasi dan variabel simulasi, dalam memaparkan hasil capres Prabowo pada peringkat pertama memperoleh 39,9% suara, Ganjar diposisi kedua dengan 31,1%, dan Anies dengan 21,7% suara.

Keunggulan capres-cawapres dan dukungan simulasi tiga capres masih di dominasi Prabowo dengan 34,6% dengan keloyalan pendukung mencapai 92,7%, Ganjar 24,8% dengan keloyalan pendukungnya 89,7%, dan Anies 18,5% dengan keloyalan pendukungnya 91,8%.

Secara head-to-head dan elektabilitas per-generasi Prabowo masih berada di puncak elektabilitas. Prabowo unggul 50,9% dengan dukungan Gen Z 38,4%, Gen Y 33,6%, Gen X 38,9%, Baby Boomers 32,6%, dan Pre-Baby Boomers 30%. Dibanding Ganjar memperoleh 38,0% suara dengan dukungan Gen Z 25,1%, Gen Y 30,8%, Gen X 25,1%, Baby Boomers 34,4%, dan Pre-Baby Boomers 40%. Lalu, Prabowo unggul 56,7% dengan dukungan Gen Z 38,4%, Gen Y 33,6%, Gen X 38,9%, Baby Boomers 32,6%, dan Pre-Baby Boomers 30%. Dibanding Anies 30,8% suara dengan dukungan Gen Z 26%, Gen Y 29,8%, Gen X 25,1%, Baby Boomers 11,1%, dan Pre-Baby Boomers 20%.

SPIN menjelaskan ada 5 faktor naiknya elektabilitas menjelang pemilu 2024:

1. Adanya Jokowi effect dan SBY effect terhadap Prabowo sebagai Capres 2024 dan terbentukya Koalisi Indonesia Maju. Masyarakat menilai bahwa sebagai cares 2024 Prabowo secara riel di endorse oleh dua Presiden Indonesia yang berkuasa selama dua periode (10 tahun).

2. Blunder yang dilakukan oleh Ganjar Pranowo sendiri, seperti gagalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. ditambah lagi publik luas juga menilai Ganjar tidak berdaulat. Berbeda dengan Prabowo yang lebih berdaulat sebagai ketua umum partai (Gerindra) ketimbang Ganjar sebagai petugas Partai dari PDIP.

3. Blunder yang dilakukan ole PDIP sendiri seperti kritikan kerasnya terhadap proyek food estate dari Menhan. Padahal Presiden Jokowi tegas mengatakan tidak ada visi-misi menteri, yang ada adalah visi presiden.

4. Blunder yang dilakukan oleh salah satu Ketum partai pendukungnnya (Hanura), yang mengatakan bahwa presiden harus punya istri. Tidak ada konteksnya membicarakan kompetensi seorang capres dengan kepemilikan seorang istri. Faktanya banyak presiden di berbagai negara yang berstatus single. Sebut misalnya presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Korea Selatan Park Gen Hye (2013-2017), mantan PM Belanda Mark Rutte (2010), Presiden Filipina Benigno Aquino III (2010-2016), dan lain-lain

5. Hoax yang di sebar oleh buzzer pendukung Ganjar untuk mendeskreditkan Prabowo, seperti berita bohong terkait penamparan Wamentan oleh Menhan di rapat kabinet. Tidak hanya Wamentan yang membantah berita hoax tersebut, bahkan Presiden Jokowi pun sampai harus mengatakan bahwa berita itu tidak benar dan Prabowo adalah orang yang sabar.

Dengan perolehan hasil akhir yang diungguli oleh Prabowo menjelang pemilihan Presiden dalam keterpilihannya melanjutkan masa pimpinan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin.