HOLOPIS.COM, JAKARTA – Pakar telematika sekaligus mantan politisi Partai Demokrat, Roy Suryo memberikan kritikan kepada pemerintah khususnya melalui Menteri Perdagangan terkait larangan social commerce merangkap e-commerce, seperti TikTok Shop.
Ia menyarankan agar pemerintah di bawah komando Presiden Joko Widodo itu tidak hanya melihat sesuatu dari satu aspek saja, misalnya aspek mikro. Akan tetapi harus juga dilihat dari aspek yang lebih luas lagi.
“Sebaiknya jangan hanya berpikir dan bersikap secara mikro, karena justru yang diperlukan adalah pandangan makro dalam mengantisipasi pasar-pasar tradisional yang sekarang menjadi sepi tersebut,” kata Roy dalam keterangannya yang dikutip Holopis.com, Jumat (29/9).
Menurutnya, pemerintah seharusnya tidak sekadar mengambil opsi kebijakan untuk melarang praktik Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PSME). Akan tetapi harus dicari solusi agar sistem perdagangan yang ada bisa responsif dengan pasar global yang sudah semakin maju dengan perkembangan teknologinya seperti saat ini.
“Seharusnya Pemerintah tidak hanya berpikir soal mikro dalam menjalani revolusi industri 4.0 saat ini, apalagi beberapa negara maju sudah sampai pada tahap Society 5.0 di mana segala lini sudah menggunakan IoT (Internet of Thing), Big Data, A.I & Robot,” tuturnya.
Aspek besar ini menurut Roy penting sekali untuk diperhatikan betul oleh pemerintah saat menghadapi polemik tentang e-commerce di media sosial seperti TikTok Shop itu.
“Karena semua ini adalah keniscayaan kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang mau tidak mau harus dialami oleh Indonesia saat ini,” tambahnya.
Oleh karena itu, mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) itu mengingatkan ini agar pemerintah tidak salah salah mengambil keputusan yang cukup krusial.
“Kalau (hanya) ditanggulangi dari satu sisi, sebut saja PMSE melalui TikTok ini dan tidak memberdayakan SDM di Indonesia, maka kita hanya akan menjadi ‘penonton’ alias ‘ketinggalan di landasan’ saja,” ujarnya.
“Bisa-bisa selain pasar tradisional tetap sepi, karena masalahnya bukan sekedar mikro, pengguna medsos yang sempat booming dan menjadi penyelamat ekonomi semenjak pandemi 3 tahun lalu malah jadi ikut terpuruk,” sambung Roy.