HOLOPIS.COM, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor Indonesia pada Agustus 2023 mencapai 18,88 miliar dolar AS. Angka ini turun 3,53 persen atau US$ 690,5 juta dibandingkan bulan sebelumnya.
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan, penurunan ini disebabkan oleh turunnya impor migas sebesar 15,01 persen, atau US$ 470 juta dan non migas sebesar US$ 220,5 juta atau 1,34 persen.
“Penurunan impor migas disebabkan oleh berkurangnya impor minyak mentah 572,8 juta dolar AS dan hasil minyak 17,9 juta dolar AS. Namun impor gas naik 120,7 juta dolar AS,” ujar Amalia dalam konferensi pers yang dikutip Holopis.com, Jumat (15/9).
Amalia menyebutkan, dibandingkan periode yang sama tahun lalu, nilai impor Januari-Agustus 2023 mengalami penurunan sebesar US$ 12,5 miliar atau 7,83 persen.
Penurunan ini disebabkan oleh berkurangnya impor migas sebesar US$ 5,18 miliar atau 18,78 persen dan non migas US$ 7,31 miliar atau 5,54 persen.
Penurunan nilai impor migas dipicu oleh turunnya impor seluruh komponen migas, yaitu minyak mentah US$ 666,5 juta atau 8,88 persen, hasil minyak US$ 3,42 juta atau 20,70 persen, dan gas US$ 1,09 miliar dolar AS atau 30,64 persen.
Lebih lanjut, penurunan impor golongan barang non migas terbesar pada Agustus 2023 dibandingkan Juli 2023 adalah kapal, perahu, dan struktur terapung senilai US$ 198,0 juta atau 62,31 persen. Sementara peningkatan terbesar adalah ampas dan industri makanan US$ 138,7 juta atau 42,59 persen.
Tiga negara pemasok barang impor non migas terbesar selama Januari-Agustus 2023 adalah Tiongkok US$ 40,72 miliar atau 32,65 persen, Jepang 11,15 miliar dolar AS (8,94 persen), dan Thailand 6,95 miliar dolar AS (5,57 persen). Impor non migas dari ASEAN 20,62 miliar dolar AS (16,53 persen) dan Uni Eropa 9,65 miliar dolar AS (7,74 persen).
Menurut golongan penggunaan barang, nilai impor Januari-Agustus 2023 terhadap periode yang sama tahun sebelumnya terjadi peningkatan pada golongan barang modal senilai US$ 2,74 miliar atau 11,85 persen dan barang konsumsi US$ 996,2 juta atu 7,66 persen. Sementara impor bahan baku/penolong turun US$ 16,23 miliar atau 13,14 persen.