Sabtu, 28 Desember 2024
Marry Christmas 2024

Pawon Semar Ngarak Warak saat CFD

HOLOPIS.COM, JAKARTA – Paguyuban Wong Semarang (Pawon Semar) berencana untuk menggelar kegiatan jalan sehat untuk memeriahkan hari bebas kendaraan bermotor (HBKB) alias Car Free Day (CFD) di kawasan Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat.

Kegiatan yang rencananya akan diselenggarakan pada hari Minggu (20/8) akhir pekan nanti akan diisi kampanye sosialisasi Ngarak Warak. Sebuah kearifan lokal yang merupakan khas Semarang, Jawa Tengah.

Dalam keterangannya, Priyagung Satriono yang merupakan ketua panitia Ngarak Warak 2023 mengatakan, bahwa kegiatan tersebut tidak hanya sekadar jalan sehat saja. Akan tetapi ada kegiatan kerakyatan yang juga ikut memeriahkannya.

“Ngarak Warak adalah program acara jalan santai mengiring warak, bazaar kuliner semarangan, pertemuan komunitas semarangan,dan pembagian hadiah doorprize juga hiburan,” kata Priyagung dalam keterangan tertulisnya yang dikutip Holopis.com, Selasa (15/8).

Diterangkan dia, Warak adalah sebuah budaya milik Semarang yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya tak Benda (WBtB) oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia, Intangible Cultural Heritage 2022.

Lantas apa sebenarnya definisi dari Warak tersebut, Priyagon menerangkan bahwa Warak adalah sebuah mahluk imajiner yang merupakan akulturasi tiga budaya, yakni Jawa, Arab dan China.

Budaya ini menurut dia sudah ada sejak ratusan tahun lalu sebelum berdirimya Kota Semarang.

“Kepala Warak menyerupai kepala naga yang merupakan budaya China, badan berbentuk unta yang merupakan budaya Arab, dan kaki kecil adalah kaki kambing yang merupakan salah satu ciri budaya Jawa,” papar dia.

Sejatinya, warak adalah simbol kerukunan antar sesama manusia yang memiliki latar belakang berbeda-beda. Persatuan dan kerukunan ini yang sebenarnya ingin ditonjolkan.

Pawon Semar
Pawon Semar usai meeting persiapan Ngarak Warak.

“Ketiga suku Jawa, Arab dan China selama ratusan tahun hidup rukun berdampingan tanpa ada konflik. Menjadi sebuah kebiasaan turun-temurun dan menjelma menjadi budaya yang diilustrasikan dalam bentuk warak,” jelas Priyagung.

Baca selengkapnya di halaman kedua.

Temukan kami di Google News, dan jangan lupa klik logo bintang untuk dapatkan update berita terbaru. Silakan follow juga WhatsApp Channnel untuk dapatkan 10 berita pilihan setiap hari dari tim redaksi.

Berita Lainnya

Presiden Republik Indonesia

BERITA TERBARU

Viral