HOLOPIS.COM, JAKARTA – Direktur eksekutif Studi Demokrasi Rakyat (SDR), Hari Purwanto mengingatkan bahwa tantangan besar bangsa dan negara Indonesia dalam waktu dekat adalah, memastikan Pemilu 2024 berjalan secara bermartabat dan damai. Tidak seperti Pilkada DKI 2017 yang memicu polarisasi yang menurutnya sangat memprihatinkan.

“Tantangan besar bangsa ini adalah pecah belah dan polarisasi. Kerugian besar demokrasi dan termahal di negeri ini adalah Pilkada DKI 2017,” kata Hari dalam diskusi di Serasa Kuphie Selatan, Jakarta Selatan, Selasa (18/7) seperti dikutip Holopis.com.

Pilkada DKI 2017 menurut Hari adalah pengalaman terburuk dalam ajang pesta demokrasi di Indonesia. Dimana pertarungan politik didominasi oleh sentimen suku, agama, ras dan antargolongan ketimbang politik gagasan.

Bahkan kata Hari, berdasarkan pengalamannya di Pilkada 2017 dimana ia mendukung pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Syaiful Hidayat, sempat mendapatkan perlakuan diskriminatif dari pendukung pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur lainnya.

Perlakuan diskriminatif tersebut adalah dirinya disebut sebagai orang kafir. Secara pribadi, ia sangat sedih dengan perlakuan narasi barbar dari pendukung lawan politik. Padahal dirinya adalah seorang muslim, hanya karena berbeda pilihan politik harus dicap sebagai orang kafir.

“Kita bicara keislaman ada di Pancasila. Saya terlibat di Pilkada DKI dan saya sangat miris. Saya dukung kotak-kotak, dan saya disebut kafir. Saya sedih, padahal saya muslim,” terangnya.

Padahal bagi Hari, pemilu adalah pesta demokrasi yang harus dijalankan dengan suka cita dan riang gembira, bikan malah membuat polarisasi yang begitu para dengan sentimen rasial itu.

“Pesta demokrasi itu harus dibuat riang gembira. Soal pilihan politik kan itu ada di dalam bilik aja,” tegasnya.

Oleh sebab itu, ia tak ingin pengalaman buruk Pilkada yang memenangkan pasangan Anies Rasyid Baswedan dan Sandiaga Salahuddin Uno tahun 2017 tersebut kembali terulang di Pemilu 2024 dan pemilu-pemilu selanjutnya.

“Kenapa hal politik harus dibawa ke pertikaian hal yang sangat besar. Orang mau dimakamkan aja karena memilih Ahok aja nggak boleh dimakamkan, itu terjadi. Dan harapannya, jangan sampai itu terjadi lagi,” tegasnya.

“Maka, Pilkada DKI 2017 adalah sejarah terburuk dan jangan sampai terulang di daerah mana pun,” pungkas Hari.