Jumat, 17 Januari 2025

Surya Paloh Akui Harapannya Tidak Terwujud Saat Gabung Koalisi Jokowi

HOLOPIS.COM, JAKARTA – Ketua Umum (Ketum) NasDem, Surya Paloh mengungkapkan salah satu faktor mengenai kenapa pihaknya tidak lagi mau mendukung pemerintahan Presiden Jokowi di 2024 mendatang.

Dalam apel siaga pada Minggu (16/7), Surya Paloh awalnya mengakui sebenarnya saat ini ada beberapa pemikiran Presiden Jokowi berupa revolusi mental yang sejalan dengan mereka.

“Ini yang perlu saya ingatkan kepada saudara-saudara bahwasanya pikiran gerakan perubahan yang juga sejalan dengan apa yang pernah dikonstatir oleh Presiden Jokowi untuk melaksanakan revolusi mental adalah sebenarnya identik dengan misi gerakan perubahan kita. Senapas, sebangun, sejalan,” kata Paloh dalam keterangannya yang dikutip Holopis.com, Senin (17/7).

Dengan kesamaan pemikiran itu, Surya Paloh mengklaim telah totalitas mendukung Jokowi untuk kembali menjadi Presiden pada 2014 silam.

“Dan itulah kenapa ketika pada tahun 2014 pemilu, dengan seluruh kekuatan, harapan, dan energi, kita dukung yang namanya Presiden Jokowi yang kala itu menjadi calon presiden, untuk menjadi presiden di negeri ini, saudara-saudaraku. Kita memberikan dukungannya secara totalitas, karena apa, karena kita mempunyai keyakinan,” tukasnya.

Namun, seiring berjalannya waktu, Surya Paloh justru mengakui tidak mendapatkan sesuatu yang sesuai dengan harapannya saat mendukung Jokowi menjadi Presiden.

“Dengan konsepsi gagasan dan pemikiran yang sama dengan yang kita miliki, logika kita menyatakan kita yakin progres kemajuan bangsa dan negara akan jauh lebih hebat seperti apa yang kita harapkan. Tapi sayang seribu kali sayang, harapan belum menjadi kenyataan,” tuturnya.

Surya Paloh juga menuding bahwa bangsa Indonesia sudah berubah dari bangsa berbudi luhur yang baik, sopan santun, gotong royong, dan saling menghargai, menjadi bangsa yang individualistik, transaksional, dan pragmatis.

“Indonesia hari ini berubah. Kita berubah menjadi invidualistik, hanya menghargai nilai transaksional, serba pragmatis. Kita terjebak dalam sikap yang penuh pragmatisme, penuh kepura-puraan dan munafik. Itulah kita, Indonesia hari ini,” imbuhnya.

Temukan kami di Google News, dan jangan lupa klik logo bintang untuk dapatkan update berita terbaru. Silakan follow juga WhatsApp Channnel untuk dapatkan 10 berita pilihan setiap hari dari tim redaksi.

Berita Lainnya

BERITA TERBARU

Viral