HOLOPIS.COM, JAKARTA – BNPB lakukan modifikasi cuaca sebagai langkah dari mitigasi, dengan memanfaatkan awan hujan yang masih ada di beberapa wilayah seperti di Kalimantan.
Upaya tersebut dilakukan, untuk menurunkan hujan di tempat-tempat penampungan utama seperti waduk, bendungan, dan danau.
“Kalau awannya cukup tebal masih bisa, khususnya di wilayah Kalimantan cukup potensial, sehingga kawasan-kawasan gambut itu masih bisa kita basahi, tetapi memang di Jawa sudah sulit, karena selama seminggu, sudah bersih dari awan yang signifikan,” jelas Plt Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi BNPB, Abdul Muhari dalam keterangan yang dikutip Holopis.com, Selasa (4/7).
Upaya lain yang dilakukan BNPB, yakni memantau perkembangan titik panas setiap hari untuk mencegah dan menindaklanjuti terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
“Memang tidak semua titik panas menjadi titik api, tetapi secara kumulatif, titik panas dengan tingkat kepercayaan akan menjadi titik api lebih banyak di tahun 2023 dibandingkan 2022,” katanya.
Ia menjelaskan, potensi titik api menjadi lebih tinggi karena di tahun 2023 karena dipengaruhi oleh fenomena El-Nino atau musim kering, sedangkan 2022 masih dipengaruhi faktor La Nina atau musim basah.
“Daerah rawan karhutla bisa dipantau secara real time, ini yang harus menjadi perhatian bagi Pemda, artinya informasi dari beragam alat pemantauan, mulai dari satelit sampai air tanah itu sudah ada, tolong ini diperhatikan dan dimanfaatkan,” tegasnya.