Yang paling penting menurutnya adalah bagaimana sesama umat Islam yang memiliki perbedaan keyakinan tentang kalender 10 Dzulhijjah adalah saling menghormati dan menghargai.
“Ada poin penting dari idul adha ini, pertama, kita berbeda, ada perbedaan tanggal 28 dan besok 29. Yang positif adalah saling menghargai, toleransi,” tutur Haedar.
Dan sejauh ini, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama pun bisa tetap menghargai perbedaan yang kerap terjadi pada Muhammadiyah. Salah satunya adalah penetapan 1 Syawal 1444 H dan Dzulhijjah 1444 H.
“Pemerintah membuka opsi libur sejak tanggal 28 sampai tanggal 30, artinya bahwa pemerintah pun begitu toleran untuk memberi kebebasan kepada umat muslim untuk menjalankan Idul Adha, meskipun berbeda,” tandasnya.