Lebih lanjut, Djafar Shodiq juga mengatakan bahwa buku ini juga bisa menjadi bahan untuk pemahaman kepada masyarakat yang selama ini memiliki perspektif kurang tepat, yakni ketika seseorang yang memiliki sikap “nasionalis” sering dianggap “kekiri-kirian” (diasosiasikan dengan ide-ide seperti kebebasan, persamaan derajat, solidaritas, pembelaan hak-hak, perjuangan sosial, reformasi dan internasionalisme), dan juga sebagai “abangan” (golongan penduduk Jawa Muslim yang mempraktikkan Islam dengan berbagai macam aliran, seperti Hindu, Buddha, dan animisme). Semua itu menurut Djafar Shodiq dapat dipatahkan.
“Anggapan yang demikian itu salah besar. Penulis meyakini Nasionalisme, Pancasila, dan Islam telah membentuk jiwa dan arah hidup penulis, sehingga seluruh perjalanan hidup penulis selalu dilandasi oleh nilai-nilai Nasionalisme, Pancasila, dan Islam. Menurut penulis, Nasionalisme, Pancasila, dan Islam bukan merupakan hal yang saling bertentangan, tetapi merupakan nilai-nilai yang saling menguatkan sebagai bangsa yang memiliki jati diri,” ucap Shodiq.
Bantu tingkatkan daya literasi masyarakat
Ketua Umum PCTAI (Persaudaraan Cinta Tanah Air Indonesia), I Dewa Nyoman S. Hartana juga memberikan pendapat yang positif atas peluncuran buku tersebut. Menurutnya, dengan terbitnya buku berjudul “CATATAN HIDUP SEORANG NASIONALIS, PANCASILAIS dan ISLAMIS” karya Soenarto Sardiatmadja tersebut bisa memicu peningkatan minat baca agar literasi masyarakat bisa semakin diperbaiki.
“Minat baca dari masyarakat sangat rendah, 10 ribu orang Indonesia cuma satu orang yang minat membaca, apalagi untuk menulis dan ini saya sangat menginspirasi kepada saudara saya bapak Soenarto,” kata Dewa Nyoman.
Lalu, ia pun berharap besar agar terbitnya buku tersebut bisa semakin menginspirasi masyarakat khususnya kaum muda dan kaum intelektual untuk berlomba-lomba mengeluarkan buku berkualitas.
“Mudah-mudahan buku ini bisa menginspirasi para tokoh muda untuk dapat menulis untuk kemajuan bangsa. Dan saya lihat buku ini sarat akan nilai-nilai nasionalis cinta tanah air dan tasawuf. Sangat luar biasa,” pungkasnya.
Perkuat rasa nasionalisme
Masih di dalam kesempatan yang sama, penyunting buku, Susalit Setya Wibowo juga mengapresiasi buku yang ditulis oleh Soenarto Sardiatmadja. Menurutnya, buku ini bisa memberikan inspirasi kepada generasi muda dan bangsa Indonesia untuk semakin besar meningkatkan rasa nasionalismenya.
“Kalau kita lihat dari sistematika penulisan buku ini, yang kita utamakan dan kita tekankan bukan dari riwayat, tapi ini merupakan warisan nilai, yaitu nilai nasionalisme, pacasilais dan islamis,” kata Susalit.
Tiga poin besar, nasionalisme, pancasilais dan agamis adalah sebuah komponen penting yang harus dimiliki oleh bangsa Indonesia yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
“Nilai-nilai itu sebenarnya sudah ada di dalam perilaku kita. Kalau kita lihat episode buku ini ada 12 dan itu merupakan makna dari Laa Ilaaha Illallah . Dan buku ini sebenarnya melambangkan kisah istri untuk menuju pada tembang pucung dan tembang macapat, itu bukan kejawen tapi merupakan ciptaan dari wali songo yang memiliki nilai-nilai islami,” pungkasnya.
Sekilas tentang bedah buku “Catatan Hidup Seorang Nasionalis, Pancasilais dan Islamis”.
Buku ini memberikan pelajaran hidup yang baik. Walaupun berada pada usia yang tidak lagi muda dan dengan penyakit kanker yang diderita, penulis berusaha untuk dapat tetap teguh menjalani hidup dan selalu berusaha untuk menjadi manusia yang berguna untuk sesama, Agama, Bangsa, Negara dan Keluarga.
DR Dr Soenarto Sardiatmadja MBA.MM juga aktif mengajar di Universitas Bung Karno periode 2012 – 2021 dan tercatat sebagai rektor terlama. Beliau juga Aktif dalam berorganisasi seperti ; Organisasi Shiddiqiyyah, Persaudaraan Cinta Tanah Air Indonesia (PCTAI), Persatuan Alumni Gerakan Siswa Nasional Indonesia (PA GSNI), serta Yayasan Mandira Nitya Dharma Nusantara.
Dalam kesempatan itu, Soenarto Sardiatmadja juga mendeklarasikan yayasan Mirah Delima yang ke depannya akan fokus pada pendidikan akan nilai-nilai cinta tanah air, islami serta kemanusiaan.