HOLOPIS.COM, JAKARTA – Eks Rektor Universitas Bung Karno, Soenarto Sardiatmadja telah merilis sebuah buku berjudul “CATATAN HIDUP SEORANG NASIONALIS, PANCASILAIS dan ISLAMIS”. Buku tersebut diklaimnya sebagai wujud kecintaan terhadap sesama bangsa karena faktor agama, bangsa, negara dan keluarga.
Pengamat politik dari Indonesian Public Institute (IPI), Karyono Wibowo memberikan respons dan penilaian yang sangat positif atas peluncuran buku tersebut. Bahkan ia mengklaim jika karya tulis ini merupakan gambaran bagaimana karakter sang empunya.
“Apa yang ditulis dalam buku ini dalam hemat saya menggambarkan karakter penulisnya yang nasionalis, pancasilais, dan Islamis,” kata Karyono dalam menanggapi buku tersebut di kediaman Soenarto di Jl Pluit Murni 4 Nomor 1, Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, Senin (19/6) seperti dikutip Holopis.com.
Bahkan berdasarkan testimoninya usai membaca buku tersebut, Karyono menilai bahwa apa yang dituliskan di dalam buku tersebut menunjukkan realitas dan fakta tentang diri Soenarto Sardiatmadja.
“Apa yang saya baca dan saya saksikan secara langsung tentang rekam jejak penulis. Buku ini menunjukkan realitas dan fakta, karakter, pemikiran dan perbuatan si penulis. Buku ini memang merupakan perpaduan dari 3 unsur, yaitu ; nasionalis, pancasilais dan islamis,” jelasnya.
Tidak hanya Karyono, Rektor Universitas Bung Karno (UBK) Didik Suhariyanto juga ikut memberikan tanggapannya terhadap buku karya seniornya itu. Ia menilai bahwa banyak sekali pelajaran penting yang bisa dipetik dari sosok Soenarto. Bahkan termasuk dirinya, banyak meneladani sosok akademisi yang saat ini menjabat sebagai Ketua Senat UBK tersebut.
“Apa yang sudah dilakukan oleh pak Soenarto merupakan nilai dan value yang ada dalam diri pak Soenarto. Bagi kita semua dan saya juga yang terpenting adalah mentauladani,” kata Didik.
Lalu, ia juga mengakui bagaimana komitmen dan karakter Soenarto persis seperti apa yang dituliskan di dalam buku berjudul “CATATAN HIDUP SEORANG NASIONALIS, PANCASILAIS dan ISLAMIS” tersebut.
“Apa yang dilakukan oleh beliau baik itu ideologis, nasionalis, islamis itu tidak hanya di teori saja, tapi sudah dipraktikkan, hal inilah yang menjadi tauladan,” terangnya.
Diakui Didik, apa yang dilakukan Soenarto telah berhasil memancing dirinya untuk melakukan hal yang sama, yakni keinginan untuk menulis buku. Dan menurutnya, ini adalah salah satu contoh pengaruh yang positif yang tengah ditularkan oleh Soenarto.
“Pak Narto menginspirasi saya. Ke depannya, saya jadi ingin menulis kalau pak Narto gurunya Pak Kyai dan Bung Karno, mungkin guru saya nanti pak Narto,” pungkasnya.
Nilai agama dan negara bisa sejalan
Dalam kesempatan yang sama, wali talqim organisasi Shidiqiyyah, Djafar Shodiq juga memberikan pendapat bahwa sosok Soenarto Sardiatmadja mampu mengejawantahkan penerapan nilai-nilai negara atau nasionalisme dan tak bertentangan dengan nilai-nilai agama seperti Islam. Menurutnya, hal-hal seperti ini patut dipandang dan dipelajari oleh semua lapisan masyarakat Indonesia.
“Jiwa islamis beliau kalau saya baca dari buku ini secara tersirat, beliau menyampaikan ; saya bisa mengamalkan nilai-nilai Islam bukan untuk saya, tapi untuk masyarakat banyak ketika saya sudah bertemu thoriqoh shiddiqiyah,” kata Shodiq.
Dan menjadi sesuatu yang sangat menarik menurutnya adalah buku karya Soenarto tersebut juga menceritakan tentang tembang atau lagu-laguan. Bagi Shodiq, ini adalah sesuatu yang baru ia temukan.
“Saya tidak pernah mendapatkan pelajaran tentang tembang sebelumnya, dan saya baru dapatkan di buku ini. Contohnya tembang mijil menggambarkan tentang prosesi dimana manusia dilahirkan. Dan saya sangat menyukai bagian asmaradhana,” imbuhnya.