HOLOPIS.COM, JAKARTA – Menko Polhukam Mahfud MD mengungkapkan gaya baru pembiayaan aksi terorisme di Jawa Timur.

Dimana para kelompok teroris itu memanfaatkan teknologi untuk melancarkan serangan terorisme.

“Ada juga cyber terrorist, di mana teknologi digital telah memberikan alat baru di kelompok teroris untuk melancarkan serangan dan merekrut anggota baru untuk merencanakan serangan,” kata Mahfud dalam keterangannya yang dikutip Holopis.com, Rabu (14/6).

Para kelompok teroris itu kemudian berupaya menyamarkan pengiriman uang untuk pembiayaan aksi terorisme mereka dengan berbagai cara, bahkan dengan cara yang terbilang tidak disangka.

“Pengiriman uang juga untuk teroris melalui ini itu di PPATK itu banyak sekali. Saya kebetulan Ketua Tim TPPU. Jadi saya lihat berapa banyak yang mencurigakan bahwa ini untuk terorisme, ngirim uang ke suatu daerah, apa, ini memesan produk sajadah di sebuah tempat di Jawa Timur, uangnya miliaran,” bebernya.

Mahfud, yang juga Ketua Komite TPPU, menuturkan perusahaan manipulatif itu tidak dikirimi sajadah. Saat dilacak transaksi keuangannya oleh PPATK, uang tersebut dipergunakan untuk merakit bom.

“Tapi tidak ada feedback-nya perusahaan yang dikirimi itu sajadah, yang kemarin sudah dilacak, itu digunakan untuk merakit bom, dan sebagainya dan sebagainya,” terangnya.

Mahfud kemudian meminta selain serangan cyber terrorist, hal yang perlu diperhatikan juga serangan siber oleh suatu negara atau kelompok jahat yang melakukan pengintaian.

Fenomena Bjorka yang pernah menghebohkan di media sosial, menjadi salah satu contoh nyata ancaman serangan digital saat ini.

“Kemudian ada serangan siber yang disponsori oleh negara atau kelompok yang bermaksud jahat dapat melakukan pengintaian atau pencurian informasi seperti kita pernah dengar,” terangnya.

“Disini ada data pribadi bocor, Bjorka, pembicaraan antara presiden dan menteri bocor dulu, dan bisa lebih dahsyat dari itu hanya saja ini tidak kita ketahui,” lanjutnya.