Terakhir, KH Zainut Tauhid Sa’adi juga mengatakan, bahwa upaya keras untuk merawat persatuan dan kesatuan juga pernah didorong oleh para pendiri negara. Hal ini terlihat dari eksistensi bhineka tungga ika.
“Para founding fathers negara Republik Indonesia mendirikan negara-bangsa pada tahun 1945 bukan dengan menghilangkan segala kebhinekaan, tetapi menjadikannya sebagai modal untuk membangun persatuan dan merajutnya menjadi tunggal ika. Hal itu diabadikan menjadi semboyan pada lambang negara burung Garuda Pancasila,” ucapnya.
Oleh sebab itu, ia pun menekankan bahwa Indonesia akan mengalami sebuah kemunduran dalam budaya bangsa, ketika ada sebagian orang menjauhi sebagian yang lain karena tidak sepaham, berbeda mazhab, berbeda paham keagamaan, atau berbeda kubu politik. Orang atau kelompok yang berbeda enggan berdialog dan bertukar pikiran dengan yang lain karena secara apriori mengedepankan sikap defensif dan ofensif, bukan sikap dialogis.
“Penanaman wawasan Moderasi Beragama di dunia pendidikan dan media sosial diharapkan dapat menetralisir sikap ekstrim dalam berbagai hal,” pungkasnya.