HOLOPIS.COM, JAKARTA – Meski sangat memanjakan lidah, nyatanya ada beragam bahaya makan gorengan bila terlalu sering mengkonsumsinya. Tempe, tahu, dan ayam merupakan makanan yang sehat bila diolah dengan cara dikukus atau direbus.
Namun, masih banyak orang yang lebih memilih untuk menggorengnya karena terasa lebih nikmat dan lezat. Padahal, proses menggoreng justru dapat mengurangi nilai gizi pada bahan utama itu sendiri, serta menambah kalori dan lemak di dalamnya.
Oleh karena itu, simak penjelasan berikut untuk mengetahui apa saja bahaya keseringan mengkonsumsi gorengan dan cara menyiasatinya. Seperti yang telah dikutip Holopis.com dari situs resmi Alodokter, Sabtu (13/5).
Bahaya Konsumsi Gorengan :
1. Memicu Penyakit Jantung
Bahaya konsumsi gorengan yang pertama adalah, dapat memicu penyakit jantung. Gorengan diketahui dapat meningkatkan risiko terjadinya obesitas, yang merupakan salah satu faktor risiko penyakit jantung. Selain itu, minyak goreng juga mengandung banyak lemak trans yang dapat meningkatkan kadar kolesterol darah, peningkatan kolesterol inilah yang menjadi akar dari berbagai gangguan pada jantung dan pembuluh darah. Masalah yang ditimbulkan diantaranya yaitu, penyakit jantung koroner, serangan jantung, dan stroke.
2. Memperbesar Risiko Munculnya Kanker
Konsumsi gorengan mungkin menjadi kesukaan banyak orang, namun bahaya yang ditimbulkan juga tidak dapat diremehkan. Pasalnya, bahaya makan gorengan bisa sampai meningkatkan resiko munculnya kanker, termasuk kanker usus besar. Hal ini karena, zat akrilamida dapat terbentuk selama proses memasak dengan suhu tinggi, seperti menggoreng. Selain itu, makanan bertepung seperti kentang goreng atau ayam goreng tepung juga diketahui mengandung akrilamida lebih tinggi ketika terpapar suhu tinggi, itu sebabnya bila terlalu banyak dan sering dikonsumsi zat ini diduga dapat menyebabkan beberapa jenis kanker, seperti kanker ovarium. Tak hanya itu, lemak trans pada makanan yang digoreng diketahui dapat meningkatkan jumlah senyawa yang mendukung peradangan dalam tubuh, hal inilah yang turut berkontribusi terhadap peningkatan resiko terjadinya kanker.
3. Menyebabkan Kelebihan Berat Badan
Makanan yang diolah dengan cara digoreng diketahui dapat menyerap lebih banyak minyak, hal ini membuat kalorinya akan menjadi lebih tinggi. Sehingga, semakin tinggi asupan kalori harian seseorang, makin tinggi pula risiko ia mengalami kelebihan berat badan dan obesitas. Tak hanya itu, kandungan lemak trans dalam makanan yang digoreng juga dapat meningkatkan berat badan. Hal ini karena, lemak tersebut diketahui dapat mempengaruhi hormon sehingga meningkatkan nafsu makan dan penyimpan lemak.
4. Meningkatkan Risiko Terkena Diabetes Tipe 2
Bahaya berikutnya yang dihasilkan oleh gorengan yaitu, meningkatkan resiko terkena diabetes tipe 2. Makanan yang biasanya digoreng biasanya dilapisi dengan tepung, sehingga lebih banyak mengandung kalori, karbohidrat, dan lemak tidak sehat. Adapun, terlalu banyak lemak dalam makanan tidak hanya dapat menyebabkan penambahan berat badan, namun juga meningkatkan resiko terkena diabetes tipe 2. Perlu diketahui, hal ini bisa terjadi pada siapa saja termasuk anak-anak dan ibu hamil.
Cara Menyiasati Bahaya Gorengan :
Untuk menyiasati bahaya gorengan, anda dapat melakukan cara-cara sehat seperti berikut agar terhindar dari semua bahaya penyakit yang telah dijabarkan sebelumnya.
1. Ganti dengan minyak yang lebih sehat, misalnya menggoreng menggunakan minyak zaitun, minyak kelapa dan minyak alpukat.
2. Perhatikan cara menggoreng, disarankan untuk menggoreng makanan pada suhu 176-190 derajat celcius.
3. Ganti cara memasak, anda dapat menggunakan metode lain dalam memasak dan tidak melulu menggoreng, anda bisa saja mengubahnya menjadi memanggang.
Itulah beberapa bahaya terlalu banyak dan sering mengkonsumsi makanan yang digoreng. Bila ingin tetap menikmatinya, sebaiknya anda membuat sendiri gorengan di rumah agar dapat dipastikan kehigienisannya. Adapun, beberapa tips menyiasatinya yang telah kami jelaskan sebelumnya agar terhindar dari bahaya-bahaya penyakit yang mengintai.