Saiful menyebut data ini sejalan dengan data pilihan warga berdasarkan desa-kota. Di kalangan yang berpendidikan rendah (SD), pertarungan terjadi antara Anies dengan Prabowo, dan yang menang sejauh ini adalah Prabowo.
Sementara pada warga berpendidikan tinggi, pertempuran terjadi antara Ganjar dengan Prabowo, dan yang mengalami penguatan dalam 4 bulan terakhir adalah Prabowo. Ini yang menjelaskan, kata Saiful, mengapa sejak Desember sampai awal April Prabowo mengalami kemajuan dukungan.
Lebih jauh Saiful menguji konsistensi pola ini pada kelompok masyarakat yang memiliki telepon dan tidak memiliki telepon genggam. Pada periode Desember 2022 ke April 2023, pada kelompok warga yang memiliki HP, suara Ganjar mengalami penurunan dari 39 ke 35 persen, Prabowo naik dari 23 ke 29 persen, dan Anies relatif tidak banyak berubah dari 28 ke 26 persen.
Sementara pada pemilih yang tidak memiliki HP, suara Ganjar sedikit menguat dari 24 ke 28 persen, sementara Prabowo mengalami kenaikan dari 34 ke 40 persen, sedangkan Anies turun dari 22 ke 17 persen.
Saiful menyatakan bahwa yang tidak punya HP umumnya tinggal di pedesaan. Mereka kurang punya akses pada informasi. Cenderung tidak terpapar isu. Karena itu, di wilayah ini, yang terjadi adalah perang tanpa isu. Yang mungkin terjadi adalah mobilisasi.
Saiful menjelaskan bahwa Ganjar terlihat tidak mengalami penurunan di masyarakat yang tidak punya HP sangat logis karena sumber penurunan suaranya dalam beberapa bulan terakhir adalah karena isu yang tersebar melalui media massa dan bisa diakses melalui internet.
Temuan ini semakin diperkuat dengan data warga yang menggunakan media sosial dan yang tidak pernah. Pada yang menggunakan media sosial dari Desember 2022 ke awal April 2023, suara Ganjar menurun dari 41 ke 36 persen, sementara Prabowo mengalami kenaikan dari 21 ke 29 persen, dan Anies cenderung tidak banyak berubah dari 30 ke 26 persen.
Para periode awal Desember 2022 ke awal April 2023 untuk pemilih yang tidak menggunakan media sosial, suara Ganjar relatif stabil dari 25 ke 27 persen, sementara Prabowo naik 28 ke 37 persen, dan Anies turun dari 27 ke 21 persen.
Pemilih yang tinggal di kota, relatif terpelajar, memiliki HP, dan mengakses media sosial mengalami perubahan dukungan di mana Ganjar menurun dan suaranya sebagian pindah ke Prabowo. Sebaliknya pemilih pedesaan, berpendidikan rendah, tidak memiliki HP, dan tidak mengakses media sosial, terjadi pengurangan suara pada Anies dan Prabowo menguat.
“Data ini menunjukkan bahwa pertarungan pada lapisan atas dan bawah dalam empat bulan terakhir dimenangkan oleh Prabowo,” pungkasnya.