Berita Holopis HOLOPIS.COM, JAKARTA – Hari kesadaran anosmia diperingati setiap tanggal 27 Februari, yang dibuat untuk tingkatkan kesadaran tentang anosmia. Anosmia, merupakan sebuah kondisi saat indra penciuman hilang.

Peringatan ini, diinisiasi oleh Daniel Schein pada tahun 2012. Sejak kecil, Schein didiagnosa menderita anosmia. Sejak saat itu, ia mulai melakukan penelitian terkait kondisi yang dideritanya itu. Sampai akhirnya, di tahun 2011 ia membuat organisasi bernama Anosmia Awareness.

Schein berharap, perayaan hari kesadaran anosmia bisa membuat orang melakukan berbagai eksplorasi terkait dengan penyebab anosmia dan perawatan yang bisa membantu meredakan dan memulihkan kondisi tersebut.

Anosmia bisa diderita seseorang sementara atau permanen, dan disebabkan dari banyak faktor. Dikutuip Holopis.com dari Healthline, Minggu (26/2) faktor penyebab anosmia antara lain Iritasi lapisan hidung yang bersifat sementara dan akan hilang dengan sendirinya. Misalnya Infeksi sinus, Flu, Merokok, Alergi dan Pilek.

Kemudian penyumbatan saluran hidung seperti tumor hidung yang menghambat saluran udara, polip hidung, kelainan bentuk tulang di dalam hidung dan erusakan otak atau saraf.

Kerusakan atau gangguan pada reseptor di dalam hidung yang mengirimkan informasi melalui saraf ke otak merupakan kondisi serius yang dapat menyebabkan anosmia secara permanen.

Kondisi anosmia tersebut, bisa terjadi akibat :
》 Usia tua
》 Tumor otak
》 Masalah hormonal
》 Tiroid kurang aktif
》 Efek samping operasi otak, terapi radiasi, atau obat-obatan tertentu
》 Penyakit neurodegeneratif (Parkinson, Alzheimer, Huntington)
》 Sklerosis ganda
》 Skizofrenia
》 Epilepsi
》 Diabetes
》 Paparan bahan kimia
》 Cedera otak atau kepala
》 Malnutrisi dan defisiensi vitamin
》 Alkoholisme jangka panjang
》 Stroke

Bahkan, ada kemungkinan seseorang terlahir tanpa tanpa indra penciuman karena kondisi genetik atau disebut anosmia bawaan.

Ada beberapa jenis pemeriksaan yang bisa dilakukan diagnosis anosmia, untuk pastikan penyebabnya, yakni Diskusi mengenai gejala dan riwayat kesehatan, Pemeriksaan hidung dan fisik lengkap, Tes Pencitraan seperti MRI, CT scan, X-ray untuk melihat kondisi otak dan tengkorak secara detail dan Endoskopi untuk melihat bagian dalam hidung.