HOLOPIS.COM, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan, bahwa pemerintah akan terus melakukan hilirisasi, dengan menghentikan ekspor bahan baku mentah seperti nikel. Hal itu dilakukan Jokowi untuk mewujudkan mimpi Indonesia menjadi negara maju.
Dalam implementasinya, penghentian ekspor bahan mentah tersebut mendapat perlawanan dari Uni Eropa berupa gugatan ke organisasi perdagangan dunia (WTO).
Sebagai informasi, dalam gugatan WTO terkait penghentian ekspor bijih nikel, Indonesia telah dinyatakan kalah. Meski begitu, Orang nomor satu di Indonesia itu menegaskan, bahwa pemerintah tak akan gentar.
“Kalau kita digugat kita mundur enggak jadi. Sampai kapanpun jangan berharap negara ini jadi negara maju. Gugat kita sewa lawyer yang baik tetapi kalah. Tahun kemarin kita kalah. Tapi saya sampaikan pada menteri jangan juga berhenti. Lawan, sehingga kita banding. Enggak tau nanti banding kalah lagi,” tutur Jokowi dalam keterangannya yang dikutip Holopis.com, Rabu (22/2).
Jokowi mewanti-wanti kepada seluruh jajarannya untuk tetap melawan gugatan dalam upaya hilirisasi industri. Sebab ia menyebut, gugatan tak hanya datang dari penghentian ekspor nikel, tetapi juga ekspor bauksit yang akan dihentikan pada Juni mendatang.
“Ini bauksit bulan Juni (2023) nanti kita setop. Nanti digugat lagi kita, pasti akan ada yang gugat lagi. Kita lawan lagi, kalah ya tetap maju terus. Jangan kalah kita belok, percaya saya,” bebernya.
Jokowi menegaskan, hilirisasi industri ke depannya akan membawa perekonomian Indonesia lebih maju. Sebab, kata dia, hilirisasi selain menciptakan nilai tambah juga menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat.
Adapun ke depan, hilirisasi tak hanya berhenti pada komoditas nikel dan bauksit. Pemerintah juga akan menghentikan ekspor timah dan tembaga.
“Setelah nikel dan bauksit setop, nanti timah dan tembaga juga kita setop,” tegasnya.
Jokowi menyampaikan, kebijakan larangan ekspor bahan mentah bukan diartikan Indonesia menutup diri dengan Uni Eropa. Namun, Indonesia terbuka dan tidak bisa dipaksa untuk mengekspor bahan mentah.
“Kita itu terbuka, tapi jangan paksa kita untuk mengekspor bahan mentah, nggak mau kita. Kalau kamu ingin memproduksi katoda, precusor, panel surya, silahkan datang ke Indonesia kita terbuka,” tukasnya.
Dia mempersilahkan Uni Eropa untuk tetap bekerja sama dengan perusahan di Indonesia ataupun membuat pabrik sendiri di Indonesia.
“Tetapi industrimu, pabrikmu itu ada di Indonesia bukan ada di Eropa,” pungkasnya.