HOLOPIS.COM, JAKARTA – Deputy Bidang Perempuan Partai Buruh, Jumisih sangat menyayangkan insiden dugaan pelecehan seksual yang terjadi di tengah-tengah acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) 1 Partai Ummat di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Selasa (14/2) kemarin.

Disebut-sebut, korban pelecehan seksual ini adalah seorang wartawati dari kantor berita Apahabar.com berinisial D yang tengah meliput kegiatan Rakernas sekaligus konferensi pers Anies Rasyid Baswedan di sana.

“Partai Buruh mengecam dan menyesalkan adanya pelecehan seksual terhadap jurnalis berinisial D yang sedang bekerja meliputi kegiatan Rakernas Partai Ummat,” kata Jumisih dalam keterangannya kepada Holopis.com, Kamis (16/2).

Jumisih juga memberikan apresiasi atas apa yang dilakukan korban dengan berani berbicara dan menuntut supaya ada penyelesaian terhadap kasus yang menimpanya.

“Kami berharap, kasus ini bisa diselesaikan dengan berpihak pada kepentingan korban yang seadil-adilnya,” ujarnyam

Menurut Jumisih, kekerasan seksual terhadap jurnalis yang sedang meliput Rakernas Partai Ummat bisa dianggap sebagai suatu bentuk pengingkaran terhadap hak jurnalis yang bertugas.

“Terlebih lagi kita sangat membutuhkan jurnalis sebagai pekerja yang independent untuk memberikan informasi kepada publik,” sambungnya.

Terakhir, Jumisih pun menegaskan, bahwa Partai Buruh siap memberikan dukungan kepada korban untuk menuntut keadilan yang seadil-adilnya.

“Terlebih lagi, kekerasan seksual terhadap perempuan kerap terjadi, termasuk di tempat kerja,” pungkasnya.

Sekedar diketahui Sobat Holopis, bahwa jurnalis Apahabar.com yang berinisial D mengaku dipegang area sensitif belakangnya oleh seseorang saat meliput Anies Baswedan di area VIP Rakernas 1 Partai Ummat di Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta Timur.

Saat itu, ia dikabarkan tengah memindahkan posisi ponselnya ke area depan karena khawatir kena copet. Sayangnya, justru dari area blank spot, ia merasakan area sensitif belakangnya ada yang memegang. Sayangnya, pelaku tak dapat diidentifikasi karena mengenakan pakaian yang serba hitam semua.

Korban sulit mengindentifikasi apakah pelaku adalah simpatisan atau kader partai.