HOLOPIS.COM, JAKARTA – Pengamat politik dari Lembaga Survei Indikator Politik Indonesia, Bawono Kumoro menilai bahwa ada persoalan yang tidak bisa dianggap remeh dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Hal ini disampaikan menyusul banyaknya kader penting partai anak muda itu yang memilih melepaskan jaket merah mereka untuk mengenakan jaket warna lain.

“Alih-alih semakin solid menjelang pemilu tahun 2024, hal itu justru menunjukkan soliditas di tubuh kepengurusan PSI sangat lemah,” kata Bawono dalam keterangannya seperti dikutip Holopis.com, Kamis (26/1).

Teranyar, Ketua DPW PSI DKI Jakarta, Michael Victor Sianipar. Politisi kelahiran 3 Maret 1991 tersebut memilih bergabung dengan DPP Partai Persatuan Indonesia (Perindo) dan telah menduduki jabatan sebagai Ketua Bidang Ekonomi Kreatif dan Digital.

Eks kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Michael Victor Sianipar resmi masuk Partai Perindo. Foto: MNC Media
Eks kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Michael Victor Sianipar resmi masuk Partai Perindo. [Foto: Istimewa]

Sebelumnya juga ada Rian Ernest Tanudjaja yang sebelumnya merupakan Direktur Advokasi dan Bantuan Hukum Dewan Pimpinan Pusat PSI tersebut pun memilih hengkang dari partai yang saat ini dipimpin oleh Giring Ganesha Djumaryo itu.

Ia menilai bahwa semua ini bisa saja sepak terjang PSI sudah dianggap tidak sesuai dengan ekspektasi para kadernya selama ini. Apalagi dikatakan Bawono, temuan survei dari berbagai lembaga yang ada cenderung menunjukkan bahwa elektabilitas partai bentukan 16 November 2014 tersebut kurang menggembirakan, khususnya menjelang Pemilu 2024.

“Hasil survei Indikator periode tanggal 1 – 6 Desember 2022 menunjukkan tingkat elektabilitas PSI masih belum mampu mencapai satu persen,” terangnya.

Oleh sebab itu, Bawono memberikan dua saran penting untuk PSI agar bisa melakukan pembenahan. Pertama adalah PSI harus lebih fokus terhadap kerja-kerja politik, bagaimana mereka maksimal dalam menggarap konstituen di tingkat akar rumput ketimbang membuat manuver-manuver politik di tingkat nasional.

Kedua, Bawono menyarankan agar soal wacana untuk mengusung Gubernur Jawa Tengah sekaligus kader PDI Perjuangan, Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden 2024 dikendurkan. Sebab, saat ini yang paling penting bukan mengusung Capres atau Cawapres, tapi bagaimana meningkatkan suara untuk mengantarkan mereka ke Senayan.

“Pencalonan (Ganjar Pranowo) itu oleh PSI notabene partai non-parlemen juga tidak akan berdampak apa-apa, karena sangat jauh dari dapat memenuhi ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold,” tandasnya.