HOLOPIS.COM, JAKARTA – Kementerian Agama menyayangkan masih adanya para penceramah yang menyampaikan dakwah justru dengan menyerang secara personal pejabat negara.
Wakil Menteri Agama, Zainut Tauhid Sa’adi pun berdalih, hal seperti itu sebenarnya sudah harus dipahami oleh para penceramah dilarang dalam ajaran agama.
“Apa pun alasannya, tindakan tersebut tidak dibenarkan menurut ajaran agama dan ketentuan hukum,” kata Zainut dalam keterangan yang dikutip Holopis.com, Kamis (19/1).
Dari ajaran Islam,. Zainut pun menjelaskan bahwa penceramah agama mengemban tugas mulia sebagai ahli waris para nabi (waratsatul ambiya) untuk melaksanakan tugas amar ma’ruf nahi munkar, yakni mengajak pada kebaikan dan mencegah kemungkaran melalui jalan dakwah.
“Dakwah harus disampaikan dengan hikmah penuh kebijaksanaan, mau’idhah hasanah dengan pesan-pesan yang baik, dan mujadalah hasanah, yakni berdiskusi atau bertukar pikiran dengan cara yang santun dan bijak,” jelasnya.
Zainut kemudian menegaskan, ceramah tidak boleh dilakukan dengan mengungkap kata-kata yang kasar, menebarkan ujaran kebencian, hoax, fitnah, adu domba, bersikap subjektif dan berlaku tidak adil.
“Jangan sampai karena kebencian atau ketidaksukaannya terhadap orang lain menjadikan tidak bisa berbuat adil,” imbuhnya.
Diberitakan sebelumnya, cendekiawan muslim dan budayawan Emha Ainun Najib atau akrab disapa Cak Nun membuat sebuah pernyataan yang cukup menggegerkan di media sosial yang menyangkut Kepala Negara.
Dalam sebuah penggalan video, awalnya Cak Nun membahas mengenai persoalan Pemilu 2024. Namun, di tengah ceramahanya, Cak Nun pun kemudian menyebut bahwa kondisi Indonesia saat ini sudah dikuasai oleh seorang Firaun yang tak lain adalah Jokowi.
“Misalnya hasil pemilu itu kan mencerminkan tingkat kedewasaan rakyatnya kan. Bahkan juga alogaritma pemilu 2024 itu kan ga mungkin menang karena Indonesia dikuasai oleh Firaun yang namanya Jokowi,” kata Cak Nun (18/1).