HOLOPIS.COM, JAKARTA – Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Bambang Soesatyo menyayangkan ucapannya dipelintir parah oleh media terkait dengan pelaksanaan Pemilu 2024.
“Melintirnya kejauhan,” kata Bambang Soesatyo dalam keterangannya yang dikutip Holopis.com, Sabtu (10/12).
Menurutnya, ia tidak sedang dalam konteks mendorong penundaan pemilu, melainkan mengajak semua pihak berhitung lebih matang untuk suksesi pemilu masih memungkinkan dilakukan atau tidak. Salah satunya adalah faktor pandemi Covid-19 dan berbagai insiden force majeure.
“Yang minta pemilu ditunda siapa? kan tahapan pemilu sedang berjalan,” ujarnya.
“Kecuali ada sesuatu yang luar biasa sebagaimana diatur dalam konstitusi dan UU. Misalnya, faktor alam dan non alam, perang dan lain-lain yang membuat pemilu tidak bisa dilaksanakan seluruhnya atau sebagian,” terang pria yang karib disapa Bamsoet.
Dalam konteks statemennya di acara rilis survei Poltracking pada hari Kamis (8/12) kemarin, Bamsoet menegaskan bahwa dirinya hanya mengajak semuanya berpikir jika kondisi force majeure itu melanda.
“Saya kan hanya mengajak berpikir, masa berpikir saja tidak boleh,” tegasnya.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa dalam konteks wacana itu disampaikannya di dalam diskursus tersebut, siapa pun bisa saling bertukar pikiran dan pendapat. Pun demikian, persoalan pemilu sesuai dengan konstitusi tetap pada aturan utama, bahwa pemilu dilaksanakan 5 (lima) tahun sekali, dan presiden maupun wakil presiden dapat dipilih kembali maksimal 2 (dua) periode.
“Yang pasti, konstitusi kita sudah mengatur dengan jelas, pemilu dilakukan setiap lima tahun. Masa jabatan presiden lima tahun, maksimal dua periode,” pungkasnya.