Holopis.com HOLOPIS.COM, JAKARTA – Setia kawan atau friendly kadang-kadang membuat seseorang menjadi mudah sekali membantu pekerjaan orang lain. Secara umum, aktivitas tolong menolong adalah baik dan positif, akan tetapi jika dilakukan dengan terlalu mengorbankan diri sendiri, ternyata hal seperti itu bisa tidak baik bahkan akan sangat buruk bagi seseorang tersebut.

Hal yang paling tidak baik ketika, misalnya Sobat Holopis ingin menolong seseorang untuk menyelesaikan tanggung jawabnya khususnya dalam konteks pekerjaan, lalu kemudian dibebankan pekerjaan itu kamu jadikan seolah menjadi tanggung jawab yang harus kamu tuntaskan, sehingga terkadang pekerjaan atau tanggung jawabmu sendiri malam terbengkalai.

Dalam konteks ilmu psikologi, ternyata sikap atau sifat ini masuk dalam kategori penyakit yang disebut Helpers Syndrome. Dalam penjelasan psikolog Jess Baker dan Rod Vincent, helper syndrome atau super helper syndrome adalah sebuah dorongan yang ada di dalam diri seseorang untuk merasa ingin memberikan pertolongan atau bantuan kepada orang secara berlebihan. Dan yang yang menjadi persoalan utama, orang yang mengalami helper syndrome sulit menyelesaikan urusan atau tanggung jawabnya sendiri.

Jika ingin memlihat gejala apakah kamu termasuk orang yang mengidap helper syndrome, simak beberapa kriterianya di bawah ini ;

1. Sering membantu orang lain tapi orang yang dibantu tidak memberikan bantuan kembali (feedback).

2. Memberikan bantuan terhadap semua aspek kehidupan, baik untuk urusan pekerjaan di kantor, urusan dengan tetangga, urusan dengan perkawanan atau pertemanan, bahkan untuk membantu urusan keluarga sekalipun.

3. Sulit untuk menolak memberikan bantuan dan merasa bersalah jika tidak memberikan bantuan.

4. Selalu dijadikan tempat pertama atau tujuan utama untuk menyampaikan unek-unek atau curhat oleh orang lain.

5. Menjadikan kebutuhan orang lain lebih prioritas ketimbang kebutuhan atau kepentingan diri sendiri.

6. Lebih perhatian dengan orang, sementara kepada diri sendiri kurang begitu digubris. Padahal, orang yang dibantu sering kali tidak mempedulikan masalah yang membantu.

7. Merasa bersalah dan mudah meminta maaf ketika tanggung jawab orang yang dibantu belum selesai sesuai dengan target yang diharapkan.

Jika kamu merasa memiliki gejala-gejala yang ada di atas, tampaknya kamu perlu berkonsultasi dengan spikolog untuk menata mental dan mindset. Bahkan jika kondisinya sangat parah, kamu pun tampaknya perlu mendapatkan penanganan dari psikiater.

Sebab, jika sifat seperti itu tidak diatasi dengan baik, dampak buruk kepada diri sendiri tentu akan sangat besar. Berikut adalah efek samping dari pengidap helper syndrom ;

1. Lelah

Yang paling utama adalah stamina tubuh bagi pengidap super helper syndrome, ia akan merasa sangat letih dan lesu, sebab apa yang ia kerjakan dan pikirkan tidak hanya sekedar urusannya sendiri, bahkan urusan orang lain yang sama sekali bukan tanggung jawabnya untuk diselesaikan.

2. Sakit Hati

Selalu membantu orang lain sementara orang yang dibantu tak memberikan timbal balik kepadanya, maka dampak yang bisa menghantuinya adalah rasa sakit hati. Mengapa kok orang yang suka saya bantu seperti tidak merasa berterima kasih atau memberikan bantuan balik ketika saya membutuhkan bantuan. Perasaan ini bisa menghinggap lama sekali di dalam hati dan tentu akan berdampak pada mentalitas yang buruk.

3. Dieksploitasi

Orang yang sering kamu bantu biasanya akan merasa ketagihan, terlebih dia bisa mengajak orang lain yang satu frekuensi atau satu tongkrongan untuk melakukan hal yang sama kepadamu, karena kamu dianggap orang yang paling bisa diandalkan dan dimanfaatkan. Jika demikian yang terjadi, maka siap-siaplah anda menjadi subyek yang akan mereka eksploitasi.

4. Suka Menyalahkan Diri Sendiri

Seseorang yang memiliki helper syndrome akan merasa bahwa tanggung jawab orang lain yang dibebankan kepadanya belum selesai atau kurang maksimal, dia akan menghardik atau menyalahkan diri sendiri, menghapa saya tidak maksimal atau salah dalam menyelesaikan pekerjaan itu. Padahal, jelas-jelas itu bukan tanggung jawab dia, hanya saja ia tidak memiliki rasa kuasa untuk menolak untuk tidak membantu.

Kondisi suka menyalahkan diri sendiri atau memberikan kritik kepada dirinya atas tanggung jawab orang lain pun bisa berisiko kepada rasa depresi yang berakibat fatal pada kesehatan mental secara menyeluruh, misalnya; mood hilang, selera hidup berkurang dan sebagainya.

Jika Sobat Holopis tidak ingin ke spikolog atau psikiater, maka langkah yang bisa dilakukan adalah, cobalah mulai mengabaikan rasa terlalu iba, ubah pola pikir bahwa kamu hanya akan membantu sesuatu yang bisa kamu bantu dan jangan memaksakan diri sendiri. Dan yang terakhir, kamu bisa mencoba mulai belajar untuk mengatakan “tidak” kepada orang yang ingin meminta bantuan padamu.