HOLOPIS.COM, JAKARTA – Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK), Habib Syakur Ali Mahdi Al Hamid memandang bahwa salah tantangan besar dalam Pilpres 2024 mendatang adalah bagaimana menghadirkan iklim demokrasi yang sehat, tanpa politisasi identitas dan primordialisme, akan tetapi lebih pada mengedepankan politik kebangsaan.

“Karakteristiknya Capres 2024 harus mereka yang betul-betul punya figur yang bisa menjabarkan apa makna politik kebangsaan,” kata Habib Syakur kepada Holopis.com, Minggu (23/10).

Menurutnya, politik kebangsaan adalah sebuah fatsun politik yang memiliki nilai-nilai bangsa Indonesia yang saling asih, cinta, menghormati dan menghargai satu sama lainnya.

“Politik kebangsaan ini mengadopsi nilai-nilai kebangsaan dan kultural bangsa Indonesia yang tidak jauh dari makna cinta tanah air dan kebangsaan. Nilai-nilai keagamaan dimunculkan dalam filosofi Indonesia menyatu antara sosial dan religius dan menuju nasionalisme,” ujarnya.

Kemudian, persoalan selanjutnya adalah hukum. Habib Syakur berharap besar Presiden dan Wakil Presiden 2024 mendatang harus mampu mengejawantahkan hukum yang berkeadilan, tidak lagi hukum menjadi sebuah industri yang dikhawatirkan tidak mencapai keadilan, hanya sekedar menang-menangan kekuatan saja.

“Untuk melihat hukum, ya harus sama tegak, sama rasa, sama tinggi, tidak ada yang membedakan. Tidak boleh ada perbedaan yang sangat signifikan antara (penegakan hukum) yang kaya dan miskin, antara anggota DPR dan rakyat jelata,” tuturnya.

Lantas, siapa sosok calon presiden maupun calon wakil presiden yang memiliki kriteria yang dimaksudkan itu. Habib Syakur menyebut beberapa nama. Salah satunya adalah Gubernur Jawa Tengah sekaligus kader PDI Perjuangan, Ganjar Pranowo.

“Kalau saya lihat Pak Ganjar pantas untuk diusung menjadi calon Presiden. Beliau memiliki track record yang bersih dan punya dedikasi kerja yang baik sebagai Gubernur Jawa Tengah dua periode,” sebut Habib Syakur.

Selain Ganjar, tokoh nasional yang memiliki kapasitas untuk menjadi calon Presiden di Pilpres 2024 adalah Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Komjen Pol (purn) Budi Gunawan. Menurutnya, mantan Wakapolri itu memiliki keunikan tersendiri, sebab ada sisi lain yang memang dianggap banyak kalangan sebagai sosok yang diam, sebab ini merupakan bagian dari konsekuensi jabatannya sebagai orang nomor satu di lembaga intelijen milik Indonesia.

“Pak Budi mewarisi betul-betul semangat yang bisa memasukkan pemikiran politik kebangsaan secara utuh, bisa memetakan konflik terjadi, kelompok radikal tidak bisa lagi diselipkan, yang merah adalah merah dan biru ya biru, yang harusnya ribut menjadi tenang tidak ada konflik. Loyalitasnya ke NKRI luar biasa, beliau sudah tuntas dengan dirinya sendiri dan keluarga, beliau sudah memikirkan untuk NKRI,” terangnya.

Selanjutnya adalah nama eks Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan. Posisi Anies menurut Habib Syakur diuntungkan sebab ia berhasil menyelesaikan masa baktinya sebagai orang nomor satu di Ibu Kota Indonesia itu. Apalagi, stereotipe menyebutkan bahwa DKI Jakarta 1 (Gubernur) adalah tiket penting menuju RI 1 (Presiden), dan stereotipe ini berlaku sejak Presiden Joko Widodo di periode pertama.

Yang terakhir adalah Ketua Umum DPP Partai Gerindra sekaligus Menteri Pertahanan Republik Indonesia saat ini, Prabowo Subianto. Menurut Habib Syakur, Prabowo Subianto masih memiliki kans menjadi Presiden RI di Pilpres 2024 nanti.

“Prabowo sudah sangat senior kalau mengemban amanah Presiden. Jiwa kenegarawanannya juga patut diacungkan jempol. Gerindra itu beliau memimpinnya sangat baik, hanya Gerindra ini harus bersih-bersih dari kelompok eks simpatisan HTI. Dan Kans Prabowo peluangnya sangat besar untuk menang,” tandasnya.

Cawapres 2024

Lebih lanjut, ulama asal Malang Raya ini juga memberikan perspektifnya tentang siapa calon Wakil Presiden 2024 yang paling ideal di Pilpres 2024 mendatang. Namun, Habib Syakur memberikan benang merah bahwa untuk agenda politik elektoral terdekat ini, semua calon Presiden yang ingin maju harus mempertimbangkan satu kekuatan besar yang dinilainya mampu menjadi barometer kemenangan.

“Saya kira semua capres yang mau maju patut menggandeng wakilnya dari kalangan NU (Nahdlatul Ulama),” tukasnya.

Lantas siapa calon Wakil Presiden dari kalangan NU yang paling ideal untuk menjadi pendorong kemenangan Pilpres 2024, Habib Syakur menyebut ada 3 (tiga) nama besar, yakni; Menko Polhukam sekaligus tokoh Madura, Prof Mohammad Mahfud MD. Kemudian ada Gubernur Jawa Timur dan mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Fatayat NU, Khofifah Indar Parawansa. Dan terakhir adalah putri almarhum Gus Dur, Zannuba Ariffah Chafsoh ali Yenny Wahid.

“Pak Ganjar cocoknya didampingi Mbak Yenny. Itu kekuatan nasionalis dan relijiusnya masuk,” tutur Habib Syakur.

Kemudian, nama Khofifah dianggapnya memiliki peluang besar menang jika bergandengan dengan Anies Baswedan. Sebab, keberadaan Khofifah di samping Anies bisa meredam politisasi identitas yang sering digarap oleh kelompok pendukung mantan rektor Universitas Paramadina Jakarta itu.

“Anies dengan Khofifah. Kalau NasDem jeli, bu Khofifah sudah dilamar untuk menghilangkan embel-embel gerakan politik identitas,” tandasnya.

Sementara Mahfud MD, ia menilai paling cocok jika menjadi Cawapres dari Prabowo Subianto. Terlebih, keduanya pernah memiliki sejarah bersama dalam upaya pemenangan Pemilu 2014 silam.

“Pak Mahfud MD lebih cocok ke Prabowo. Publik akan melihat Prabowo bagian dari sejarah masa lalu, tapi pak Mahfud bisa menutupi. Apalagi 2014 dulu, Pak Mahfud ini jurkam sekaligus ketua tim pemenangannya Pak Prabowo. Dan sekarang keduanya berkolaborasi di pemerintahan,” pungkasnya.