Situasi pun berjalan tegang hingga akhirnya dilakukan sejumlah pengamanan, khususnya terhadap pemain dan tim official Persebaya selaku klub tamu dalam laga tersebut.
“Pengamanan dilakukan dengan menggunakan empat unit kendaraan taktis Baracuda,” jelasnya.
Kapolri menjelaskan, proses evakuasi tersebut memakan waktu yang lama, yakni hampir satu jam lantaran menuai sejumlah kendala dan hambatan. Hambatan itu salah satunya yakni penghadangan yang dilakukan oleh para suporter.
“Namun semua bisa berjalan lancar dan evakuasi pada saat itu dipimpin lanngsung oleh Kapolres,” tuturnya.
Personel Polri tembakkan gas air mata
Di sisi lain pada saat yang bersamaan, penonton yang turun ke lapangan makin banyak. Sehingga, lanjut Sigit, aparat keamanan mulai melakukan sejumlah kegiatan, termasuk melakukan pengamanan terhadap kiper Arema FC, Adilson Maringa.
“Dengan semakin bertambahnya penonton yang turun ke lapangan beberapa perkedel menembakkan gas air mata,” tukas Sigit.
Sigit lantas menjelaskan bahwa dalam insiden tersebut, terdapat 11 personil yang menembakkan gas air mata. Sebanyak 7 tembakan diarahkanke Tribun Selatan, ke Tribun Utara 1 tembakan dan ke lapangan 3 tembakan.
Hal inilah yang kemudian menimbulkan para penonton ataupun suporter panik dan merasa pedih. Mereka pun berusaha untuk meninggalkan lokasi kejadian.
Adapun tembakan gas air mata tersebut, jelas Sigit, dilakukan dengan maksud untuk mencegah para penonton yang turun ke lapangan semakin banyak dan tak terkendali.
Penonton mengalami kesulitan saat keluar Stadion
Penonton yang kemudian berusaha untuk keluar, khususnya di pintu 3, 10, 11, 12, 13 dan 14 sedikit mengalami kendala, karena ada aturan di Tribun ataupun di stadion ini ada 14 pintu. Seharusnya, 5 menit sebelum pertandingan berakhir maka seluruh pintu tersebut dibuka.
Namun saat itu pintu dibuka, namuntidak sepenuhnya hanya berukuran kurang lebih satu setengah meter, dan para penjaga pintu atau yang biasa dikenal steward tidak berada di tempat.
