HOLOPIS.COM, JAKARTA – Hacker Bjorka dianggap tidak murni melakukan peretasan kepada situs- situs pemerintahan, Bjorka diduga membeli data pemerintah yang dibocorkan ke publik dengan cara membeli informasi rahasia tersebut melalui dark web.
Ketua Forum Keamanan Siber dan Informasi (Formasi) Gildas Deograt Lumy mengatakan, hal tersebut dapat dipastikan kebenarannya karena dirinya beserta timnya telah menelusuri jejak Bjorka hingga ke dark web. Gildas juga menerangkan bahwa Bjorka membeli data pemerintah di dark web dengan melalui berbagai tahapan.
“Sudah ini sudah ditelusuri. Kalo kita liat bisnis model ekosistem di dark web, bukan peretasnya yang langsung menjual, jadi yang menemukan celah keamanan ada orang lain, yang mengeksploitasi orang lain, yang kemudian menggunakan akun mencuri data orang lain, dan yang menjual orang lain. Itu secara umum ekosistemnya seperti itu,” ungkap Gildas seperti dikutip Holopis.com di kanal YouTube Podcast Deddy Corbuzier Jumat (16/9).
Selain itu, Gildas dengan tegas menyatakan, di dalam dark web terdapat banyak data rahasia pemerintah yang diperjual belikan untuk kepentingan yang beragam.
“Bahkan banyak data-data yang dijual sebagai services di dark web. Jadi kalau kita lihat internet sebagai gunung es, dark web itu ujung paling bawahnya gunung es, isinya 99% penjahat atau aparat penegak hukum atau kami-kami (Formasi) yang memang melakukan investigasi dengan cyber security,” tegasnya.
Seperti yang diketahui, Bjorka merupakan seorang hacker yang tengah heboh di masyarakat Indonesia belakangan ini, karena mengklaim memiliki 1,3 milliar data pendaftaran SIM Card. Dirinya juga menyebarkan beberapa data pejabat penting di Indonesia seperti Menteri hingga Presiden.
Tak hanya itu, Bjorka juga turut membongkar dalang utama dari misteri kasus kematian aktivis HAM Munir.