HOLOPIS.COM, JAKARTA – Wakil Presiden Ma’ruf Amin menyayangkan ketika banyaknya organisasi massa (ormas) Islam di Indonesia, namun tidak membangun ukhuwah (persaudaraan).

Kondisi yang ada, dengan banyaknya kehadiran ormas tersebut mereka justru sebagian besar masih ananiah (egoisme) dan bahkan ingin tampil sendiri dan tidak membangun antar-umat.

“Masih banyak ormas, bahkan individual, masih ada sifat ananiah, ananiah ini ego ingin tampil sendiri, bukan menjadi satu kesatuan, sehingga tidak terjadi koordinasi,” kata Ma’ruf (14/9).

Ma’ruf menjelaskan bahwa kita sebagai bangsa seharusnya membangun ukhuwah wathaniyah atau persaudaraan antarsesama bangsa.

“Kenapa? Karena kita menjadi negara sudah menjadi negara kesepakatan dengan semua golongan untuk hidup bareng di sini dengan semua golongan. Maka itu saya sebut adalah kesepakatan nasional, maka saya menamakan negara ‘darul mitsaq’ itu negara kesepakatan,” jelasnya.

Kondisi Ananiah yang dimaksud Ma’ruf itu justru kemudian adalah sikap seseorang yang selalu mementingkan diri sendiri tanpa memperdulikan orang lain di sekitarnya.

“Kalau istilah Majelis Ulama itu tidak ada gerakan yang terorganisasi. Ukhuwah Islamiyah itu penting apa sebabnya? Agar yang petunjuk dan tidak petunjuk itu sudah jelas, jadi tidak lagi ada kesaruan sehingga tidak perlu ada perbedaan, kalau pun ada perbedaan itu dikhilafiyah, sudah ada rumusnya, yaitu mazhab ente mezhab ente, mazhab saya ya mazhab saya, jadi masing-masing,” tukasnya.

Ma’ruf kemudian mengakui bahwa justru saat ini perbedaan itu dikembangkan menjadi perbedaan antarpartai.

“Cuma sekarang dikembangkan ‘Lakum partai dinukum waliyadin’, partai anda partai anda, partai saya partai saya. Ini tidak perlu, kenapa? Yang ditakutkan apa? Kata imam Ibnu Atha’illah yang dikhawatirkan itu hawa nafsu jadi kalau tidak terjadi ini atau terjadi konflik, ketidakutuhan itu sebenarnya bukan cara-cara berpikir dalam menyampaikan satu tujuan tapi itu dorongan hawa nafsu, ini yang harus dihindari karena sikap-sikap ego kelompok itu juga harus dihindari,” urainya.

Ma’ruf kemudian meminta agar masyarakat Indonesia menjadi Muslim yang tetap memegang kesepakatan nasional.

“Menurut saya, karena kita membangun persaudaraan sebangsa dan setanah air, aspirasi di negara ini boleh disampaikan dengan cara yang baik, ada aturan main-nya, ada tata krama-nya semua diatur, menyampaikan aspirasi, sehingga di negara kita, demokrasi semua boleh sepanjang dalam kerangka kesepakatan nasional,” tutupnya.