HOLOPIS.COM, JAKARTA – Wacana kenaikan harga Pertalite menuai polemik di tengah masyarakat. Banyak kalangan masyarakat yang menentang rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) penugasan tersebut.
Pemerintah menilai, harga BBM bersubsidi perlu untuk segera disesuaikan lantaran hanya minyak global terus mengalami kenaikan, sehingga dikhawatirkan akan semakin membebani anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).
Namun di sisi lain, kenaikan harga BBM sejuta umat ini berpotensi meningkatkan angka inflasi di Indonesia.
Sejauh ini, meski harga minyak dunia melonjak, pemerintah masih menahan harga Pertalite. Sebab, pemerintah masih memberikan subsidi pertalite.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga meminta para menterinya untuk melakukan melakukan perhitungan secara cermat sebelum nantinya diputuskan apakah harga BBM bersubsidi Pertalite dan Solar akan naik atau tidak.
Dalam perkembangannya, Presiden Jokowi dan para jajaran menterinya di Kabinet Indonesia Maju Jilid II seringkali menyampakan perhitungan harga BBM Pertalite maupun Solar apabila tidak mendapat subsidi dari pemerintah.
Akan tetapi, perhitungan harga asli atau keekonomian dari dua jenis BBM bersubsidi versi Jokowi dan para menterinya itu berbeda-beda.
Versi Presiden Jokowi
Presiden Jokowi mengatakan, harga asli Pertalite jika tak disubsidi pemerintah mencapai Rp17.100 per liter. Pernyataan ini disampaikan Jokowi kala menghadiri acara Silaturahmi Nasional (Silatnas) Persatuan Purnawirawan TNI AD pada Jumat (5/8).
“Coba di negara kita bayangkan, kalau Pertalite naik Rp7.650 harga sekarang ini kemudian naik menjadi, harga yang benar adalah Rp17.100, demonya berapa bulan?” kata Jokowi kala itu.