HOLOPIS.COM, JAKARTA – Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo turut aktif menanam 1.000 pohon bersama masyarakat di Desa Majalengka, Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara.

Program penanaman pohon ini merupakan program dari desa yang didampingi langsung oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Provinsi Jawa Tengah. Tidak hanya penanaman pohon, kegiatan ini dilanjutkan dengan pemberdayaan masyarakat dari kelompok-kelompok tani hutan.

Ganjar mengatakan perlunya peningkatan aktivitas penanaman, sebab saat ini sudah memasuki musim kemarau basah. Kegiatan penanaman seperti ini apabila dilakukan secara aktif dan berkelanjutan akan mengaktifkan kelompok tani di desa tersebut, sehingga dapat lebih bermanfaat dan menghasilkan.

“Kita galakkan karena ini kan kemarau basah, kita manfaatkan kebasahan selama musim kemarau itu untuk menanam. Sehingga kalau kita rutin, kelompok taninya juga aktif itu akan bermanfaat,” kata Ganjar, Senin (25/7).

Penanaman ini dilakukan di tempat-tempat yang memiliki potensi tinggi terkena bencana banjir, yaitu di bawah bukit. Kegiatan ini diikuti sekurang-kurangnya 300 orang yang terdiri dari warga sekitar, pelajar, kelompok tani hutan, dan pegiat lingkungan. Disana, mereka menanami berbagai jenis pohon buah dan pohon langka penyerap air, seperti pohon gayam, kluwek, dan tunjung.

“Kalau inisiatif warga bisa seperti ini bagus, akan sangat bermanfaat. Program pemberdayaannya jalan, menanam pohonnya juga jalan untuk melakukan penghijauan di area-area yang memang kritis. Jadi kalau itu dilakukan, kelompok taninya oke, masyarakatnya mendukung, sudah bergeraklah semuanya bagus,” jelas Ganjar.

Inisiatif masyarakat yang tinggi dalam pengolahan hasil bumi menjadi perhatian Gubernur Jawa Tengah. Ia senang dengan keterampilan dan inisiatif masyarakat yang hanya dibekali alat dengan teknologi yang sederhana mampu mengolah talas menjadi tepung.

“Tadi saya senang, ternyata di sini sudah banyak yang mengolah tepung ya. Jadi tepungnya tadi macam-macam. Tepung pati ada, terus kemudian talas juga sudah bisa jadi tepung. Bayangkan dengan teknologi yang sederhana di area remote seperti ini, mereka bisa membuat produk itu,” ungkapnya.

Menurutnya, pengolahan tepung ini bisa menjadi substitusi dari gandum menuju ke tepung dari para petani ini. Mengingat harga gandum yang saat ini mulai meningkat akibat Ukraina perang.

“Kalau kita bicara diversifikasi dan ketahanan pangan, orang yang banyak menggunakan gandum jangan-jangan tepung itu juga sudah bisa menggantikan. Substitusi dari gandum. Ini pola-pola yang menurut saya mesti dikembangkan sehingga pendampingan musti dilakukan,” tandas Ganjar.