JAKARTA, HOLOPIS.COM – Direktur eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah Putra menilai tak ada yang spesial dari reshuffle kabinet yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo untuk yang ketiga kalinya ini.
“Tidak ada reshuffle di kabinet yang memuaskan, karena sesuai dengan harapan publik,” kata Dedi dalam keterangannya yang diterima wartawan, Kamis (16/6).
Ia juga menganggap bahwa reshuffle tersebut tidak lebih dari sekedar pembagian jatah kue kekuasaan semata.
“Hanya soal antrian pada tokoh atau Parpol kontributor pemenangan di Pilpres sebelumnya, itu hal yang perlu dipahami agar publik tidak kecewa,” ujarnya.
Kemudian ia melihat komposisi kabinet yang dikocok ulang oleh Presiden Jokowi. Pertama adalah dari sosok Zulkifli Hasan. Wakil ketua MPR RI itu mendapatkan jatah kursi kekuasaan sebagai Menteri Perdagangan. Padahal jika dirunut dari kader-kader Partai Amanat Nasional (PAN), banyak orang-orang yang jauh lebih baik dalam aspek pemahamannya di bidang pertahanan.
“Masuknya PAN ke kabinet bukan persoalan, masalahnya kenapa harus Zulhas, di PAN banyak tokoh yang lebih baik kapasitasnya di bidang perdagangan,” ucapnya.
Selanjutnya adalah Marsekal TNI (purn) Hadi Tjahjanto. Mantan Panglima TNI itu didapuk Presiden Jokowi sebagai Menteri Agraria Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional (ART/BPN).
Menurut Dedi, sosok Hadi sangat tepat ditugaskan di sektor pertanahan dan agraria tersebut karena latarbelakang militernya.
“Hadi Tjahjanto masih lebih baik, mafia agraria memang perlu dihadapi oleh militer, meskipun di pihak mafia kita tahu apakah juga ada oknum militer atau tidak,” ujarnya.
Hanya saja, sepak terjang Hadi di Kabinet Indonesia Maju jilid III ini tidak akan sampai kemana-mana jika mafia agraria justru terdapat peran oknum militer di sana.
“Jika ada (oknum militer) maka ke depan tidak akan banyak perubahan, terlebih Wamen Raja Juli jelas sekali bukan orang yang tepat, ditunjukkan kader PSI itu hanya akan jadi bahan tertawaan para mafia yang jauh lebih disegani dibanding dirinya,” sambungnya.
Bagi Dedi, reshuffle Kabinet Indonesia maju jilid III tersebut akan menjadi tantangan besar bagi bangsa Indonesia. Karena perubahan jajaran Kabinet yang diharapkan bisa menuntaskan persoalan bangsa dan negara justru menunjukkan rasa pesimistik.
“Ini ujian politik bangsa Indonesia. Sisanya penuh dengan nuansa akomodir, ini disayangkan bahwa negara besar ini masih saja berkutat soal pembagian kekuasaan secara oligarkis, Presiden serasa tidak miliki kedaulatan dalam membangun kabinet yang efisien dengan kapasitas terbaik,” pungkasnya.