JAKARTA, HOLOPIS.COM – Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr. Mohammad Syahril mengimbau masyarakat untuk tidak terlalu panik dengan munculnya wabah cacar monyet. Sebab, kata dia, penyakit yang sering disebut monkeypox itu sudah ada sejak lama, yakni sejak tahun 1970-an lalu.
Hanya saja, penyebaran cacar monyet di awal kemunculannya pada saat itu tidak semasif seperti Covid-19 saat ini.
“Cacar monyet ini sebenarnya sudah lama, tahun 70-an merebaknya. Memang dia (cacar monyet) tidak heboh seperti pandemi covid, yang kasusnya luar biasa meledak,” kata Syahril dalam program Ruang Tamu Holopis Channel, Senin (23/5).
Pria yang pernah menjabat sebagai Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso itu lantas mengungkapkan, bahwa penyakit yang masuk dalam kategori penyakit menular ini pertama kali muncul di negara-negara kawasan Afrika Selatan, seperti Nigeria dan Kongo.
Namun dewasa ini, penyakit cacar monyet ini kembali muncul di Inggris berapa waktu lalu setelah lama menghilang bak di telan bumi. Bahkan sampai saat ini, setidaknya sudah 12 negara yang melaporkan adanya kasus tersebut.
“Cacar monyet ini adalah penyakit menular yang memang asalnya dari Nigeria dan Kongo, dan ini dilaporkan di Inggris terakhir kemarin,” katanya.
“Bulan mei ini mulai ada negara-negara yang melaporkan lagi, sampai hari ini ada 12 negara yang melaporkan kasus ini,” lanjutnya.
Lebih lanjut, Syahril mengungkapkan, bahwa terdapat kemungkinan wabah cacar monyet ini akan menyebar ke negara-negara lain, termasuk Indonesia.
Kendati demikian, pemerintah telah menyiapkan sejumlah langkah antisipasi, seperti menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten serta fasilitas kesehatan yang mumpuni.
Namun untuk saat ini, pemerintah masih menunggu perkembangan dunia terkait wabah tersebut.
“Tetapi kita dengan pengalaman Covid-19 kemarin, itu tidak perlu panik karena kita mempunyai suatu cara, SDM, fasilitas yang cukup untuk menangani ini (cacar monyet). Sehingga kita saat ini kewaspasaannya, mengikuti perkembangan dunia dulu yang sudah melaporkan, dan juga maningkatkan pengawasan di pintu masuk,” ungkapnya.
Syahril mengatakan, bahwa pihaknya juga akan berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian terkait karantina hewan. Sebab, kata dia, penyakit cacar monyet ini masuk dalam golongan zonosis atau penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia maupun sebaliknya.
“Karena ini adalah zonosis, maka kita juga harus terlibat yaitu dari kementerian pertanian yang membawahi hewan, yaitu ada karantina hewan. Jadi harus bersama-sama,” ucap Syahril.
Tak hanya itu, ia juga mengklaim, pihaknya telah menyiapkan sejumlah laboratorium guna keperluan pemeriksaan terhadap penyakit cacar monyet tersebut.
“Dari kementerian kesehatan sudah menunjuk laboratorium nasional BKPK, dulu Litbangkes, untuk dapat melakukan melakukan pemeriksaan cacar monyet ini dengan PCR. Diagnosis pastinya, ditemukannya PCR cacar monyet dari sampel yang dilakukan pemeriksaannya,” pungkasnya.