SURABAYA, HOLOPIS.COMKetua Umum Koordinator Komisariat Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia (SEMMI) Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Moh Cheva Rizky mengaku mendapatkan perlakuan intimidatif dari preman agar tak menggelar aksi unjuk rasa pada 18 Mei 2022 besok.

Aksi tersebut berkaitan dengan upaya penolakan pemilihan rektor yang tengah diselenggarakan oleh senat kampus Unesa.

Dalam keterangannya kepada wartawan, Cheva Rizky mengaku bahwa dirinya menjadi salah satu orang yang mendapat panggilan telpon dan ancaman yang secara misterius mengatasnamakan preman kampus.

“Bahwa yang ikut aksi solidaritas Peduli Unesa tanggal 18 Mei 2022 mendapatkan ancaman akan diberikan surat kepada orang tua,” kata Cheva, Rabu (18/5).

Dijelaskan Cheva, narasi di dalam panggilan telpon tersebut bermuatan tentang masa depan seluruh anggota Korkom SEMMI yang tengah kuliah di Unesa, mereka akan dievaluasi jika tetap mau menggelar aksi unjuk rasa.

Kemudian, ia juga mengatakan bahwa pihaknya sengaja merencanakan aksi di Gedung Rektorat dengan harapan peserta senat dan para Mahasiswa peduli terhadap nasib kampus yang dianggapnya tengah mengalami persoalan.

“Kami berharap seluruh mahasiswa dan senat Unesa peduli terhadap nasib Unesa yang dianggap mengalami degradasi akhir-akhir ini,” tandasnya.

Selanjutnya, ia mengatakan bahwa ada tiga tuntutan yang akan disampaikan mahasiswa dalam aksi itu, yakni mendesak agar pemilihan rektor tidak dilanjutkan karena ada indikasi praktik kolusi di dalamnya.

“Mahasiwa bersatu tolak degan tegas pemilihan rektor UNESA yang diduga kuat telah terjadi kolusi yang mengancam integritas dan kapabilitas civitas akademika Unesa,” ujar Cheva.

Lalu, ia juga meminta agar calon rektor atasnama Nurhasan dicoret karena dianggap tidak mampu memimpin kampus. Sekaligus meminta agar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) turun tangan.

“Coret pencalonan Nurhasan sebagai kandidat rektor Unesa yang terbukti gagal dalam memimpin Unesa. Dan meminta KPK untuk segera menyelidiki dan mengusut secara tuntas pimpinan kampus yang terlibat dalam kontrak diduga bermasalah,” sambungnya.

Di sisi lain, Ketua Umum SEMMI Cabang Surabaya Achmad Donny juga angkat bicara. Ia mengaku sangat prihatin dan menyayangkan upaya intimidasi terhadap rencana aksi tolak rektor Unesa yang dilakukan oleh Korkom Unesa itu.

Apalagi kegiatan menyampaikan pendapat di muka umum adalah hak setiap warga negara yang dijamin oleh konstitusi. Sehingga tindakan-tindakan intimidatif terhadap mahasiswa adalah sikap yang berlebihan.

“Saya kira itu berlebihan, oleh karena penyampaian pendapat di muka umum secara damai merupakan hak yang harus dijamin oleh negara,” kata Donny.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari pihak Unesa terkait dengan tudingan intimidasi tersebut.