Dengan tambahan 17 sensor tersebut, sambung Dwikorita, total ada 428 sensor yang terpasang dari yang sebelumnya hanya 411 sensor dalam Jaringan Sistem Monitoring Gempa Bumi.
Adapun penentuan jumlah dan lokasi penempatan sensor dilakukan berdasarkan historis dan sebaran sumber-sumber gempa bumi yang telah terjadi yaitu pertemuan antar lempeng tektonik seperti Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik dan Lempeng Filipina, serta sebaran sesar atau patahan aktif yang telah teridentifikasi.
“Kami sadar betul jika Indonesia merupakan wilayah yang sangat rawan bencana. Karenanya, BMKG terus melakukan pemeliharaan serta pembaruan alat dan teknologi guna menjaga keselamatan masyarakat terhadap bencana,” ujar dia.