JAKARTA, HOLOPIS.COM Setelah menjalankan ibadah puasa wajib di bulan Ramadan, umat muslim dianjurkan untuk menjalankan ibadah puasa di Syawal.

Meski sifatnya tak wajib seperti puasa Ramadan alias memiliki ketetapan hukum sunnah, puasa yang dijalankan selama 6 hari sejak hari kedua Idul Fitri ini memiliki pahala yang sama ketika menjalankan puasa satu tahun penuh.

Berikut adalah tata cara dan keutamaan menjalankan ibadah puasa sunnah Syawal :

Tata cara puasa Syawal

Sebelum melaksanakan ibadah puasa sunnah di bulan Syawal, umat muslim diwajibkan melafalkan niat puasa syawal sebagai berikut :

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ سِتَّةٍ مِنْ شَوَّالٍ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى

Nawaitu shouma ghodin ‘an sittatin min syawwaalinn sunnatan lillaahi ta’aalaa

Artinya: Aku berniat puasa besok dari enam hari Syawal, sunnah karena Allah Ta’ala.

Setelah melafalkan niat puasa Syawal, umat muslim dianjurkan menjalankan sahur sebelum azan Subuh seperti saat menjalankan puasa pada umumnya. Hal ini kemudian dilanjutkan dengan berpuasa menahan lapar dan nafsu selama 13 jam hingga matahari terbenam atau saat azan Magrib berkumandang.

Sebagai informasi, sebaiknya puasa Syawal dilaksanakan persis setelah Idulfitri yang jatuh pada 1 Syawal selama enam hari. Artinya, puasa dilakukan pada 2-7 Syawal.

Kendati demikian, puasa sunnah ini juga bisa dilakukan berselang hari asalkan masih di bulan Syawal.

Keutamaan puasa Syawal

Puasa sunnah yang dilakukan setelah Hari Raya Idul Fitri ini memiliki keutamanaa yang disebut dalam sejumlah hadis. Salah satunya diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shohihnya pada bab kesunahan puasa enam hari Syawal, yang berbunyi :

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْر

Artinya :
“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa 6 hari di bulan Syawal, maka baginya (pahala) puasa selama setahu penuh.”

Hal ini juga diriwayatkan dalam Hadits Ibnu Majah dari Thawban, seorang budak yang dibebaskan Rasulullah.

حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ، حَدَّثَنَا بَقِيَّةُ، حَدَّثَنَا صَدَقَةُ بْنُ خَالِدٍ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ الْحَارِثِ الذِّمَارِيُّ، قَالَ سَمِعْتُ أَبَا أَسْمَاءَ الرَّحَبِيَّ، عَنْ ثَوْبَانَ، مَوْلَى رَسُولِ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ أَنَّهُ قَالَ ‏”‏ مَنْ صَامَ سِتَّةَ أَيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ كَانَ تَمَامَ السَّنَةِ

Artinya:
Seperti dinarasikan dari Thawban, seorang budak yang dibebaskan Rasulullah, Nabi SAW berkata, “Siapa saja yang puasa enam hari setelah Idul Fitri akan berpuasa selama satu tahun tersebut, dengan satu kebaikan dihargai 20 kebaikan serupa.”

Pahala puasa Syawal yang setara berpuasa satu tahun ini merupakan salah satu keistimewaan yang diberikan Allah SWT kepada umat Nabi Muhammad SAW. Sebab, umur umat Nabi Muhammad lebih pendek dibanding umat terdahulu yang bisa mencapai ratusan tahun.

Di samping itu, keutamaan lain dari puasa Syawal juga merupakan ibadah sunnah yang diharapkan dapat menyelamatkan manusia di hari akhir.

نْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏ “‏ أَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ صَلاَتُهُ فَإِنْ كَانَ أَكْمَلَهَا وَإِلاَّ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ انْظُرُوا لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ فَإِنْ وُجِدَ لَهُ تَطَوُّعٌ قَالَ أَكْمِلُوا بِهِ الْفَرِيضَةَ “‏

Artinya: Seperti dinarasikan Abu Hurairah, Rasulullah SAW berkata, Amalan pertama yang dihitung dari seorang manusia adalah sholat. Jika sempurna maka semuanya akan tercatat lengkap, dan jika ada yang kurang Allah SWT akan berkata, “Periksalah jika hambaku melakukan ibadah sunnah (nafil).” Jika dia melakukannya maka ibadah wajib akan dilengkapi dari yang sunnah. (HR An-Nasa’i).