JAKARTA, HOLOPIS.COM – Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika penuh percaya diri mengatakan bahwa kondisi dari gunung anak krakatau sudah lebih kondusif dibanding beberapa waktu lalu.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati bahkan sesumbar potensi dampak risiko bencana tsunami yang dapat terjadi dari aktivitas vulkanologi Anak Gunung Krakatau sangat kecil, seiring menurunnya erupsi dalam beberapa hari terakhir.
“Di samping menurunnya erupsi Gunung Anak Krakatau, faktor lain seperti adanya beberapa pulau penghalang di sekitar Anak Gunung Krakatau juga dapat mereduksi ancaman tsunami,” kata Dwikorita (28/4).
Dwikorita pun menyebut, masyarakat yang akan menggunakan fasilitas penyeberangan di Pelabuhan Merak, Banten di musim lebaran ini tidak perlu khawatir ancaman tsunami.
“Jarak yang relatif jauh antara Gunung Anak Krakatau dengan rute penyeberangan antar pulau Jawa dan Sumatera itu juga menjadi faktor yang memperkecil potensi risiko tsunami,” klaimnya.
Dwikorita mencontohkan kejadian silent tsunami yang menghantam sebagian wilayah banten hingga lampung pada 2018 silam juga tak berdampak pada aktivitas penyeberangan Merak-Bakauheni.
“Penyeberangan relatif aman dari bahaya tsunami. Apalagi erupsinya melemah. Sumber pembangkitnya itu sudah lemah, sehingga dapat kita simpulkan inshaAlloh aman,” klaimnya kembali.
Sementara itu, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendra Gunawan mengatakan, kondisi anak gunung krakatau sebatas melontarkan asap putih dimana sebelumnya juga terpantau dari pos pengamatan yang berada di Carita. Hendra menuturkan, asap tersebut diketahui memiliki tinggi yang melampaui tubuh dari Gunung Anak Krakatau.
“Asap ini memang melampaui tubuh anak krakatau yang lama atau kurang lebih 25 meter. Kalau totalnya kurang lebih 150 meter dari gunung anak krakatau yang baru,” jelas Hendra.
Berdasarkan analisis hasil pengamatan udara yang dioverlay dengan hasil monitoring dari instrumen monitoring yang dimiliki pos pengamatan PVMBG, energi tremor sebagai pembangkit erupsi telah menurun drastis.
Kendati demikian, pihaknya tetap meminta masyarakat agar tetap memperbarui informasi seputar Gunung Anak Krakatau melalui situs resmi pemerintah.
“Data-data yang terekam secara instrumental, energi tremor ini sudah drop, baik yang direkam melalui alat maupun dari pemantauan secara langsung. Ini semua terus menurun,” kata Hendra.