JAKARTA, HOLOPIS.COM – Seluruh menteri kabinet Sri Lanka dikabarkan mengundurkan diri setelah terjadi krisis bahan bakar minyak dan juga makanan terparah sejak beberapa dekade terakhir di negara itu.
Melansir CNN Internasional (4/4), Menteri Pemuda dan Olahraga Sri Lanka Namal Rajapaksa yang merupakan keponakan dari Presiden Sri Lanka, mengumumkan bahwa ia telah mengajukan pengunduran diri kepada kantor kepresidenan.
“Saya berharap ini akan membantu pemerintah dalam membangun stabilitas, dan saya tetap berkomitmen pada pilihan saya, partai saya, dan rakyat Hambantota,” kata Rajapaksa (4/4).
I have informed the sec. to the President of my resignation from all portfolios with immediate effect, in hope that it may assist HE & PMs decision to establish stability for the people & the govt of #LKA. I remain committed to my voters, my party & the people of #Hambanthota.
— Namal Rajapaksa (@RajapaksaNamal) April 3, 2022
Dari seluruh 26 menteri yang mengundurkan diri di antaranya, Menteri Keuangan Basil Rajapaksa, Menteri Pertanian Chamal Rajapaksa dan Menteri Olahraga Namal Rajapaksa.
“Seluruh menteri telah memberikan surat resign agar presiden dapat membuat kabinet baru,” Kata Menteri Pendidikan, Dines Gunawardena dari Twitter (4/4).
In the context of all Cabinet Ministers resigning, I have today submitted my resignation as Governor, @CBSL to HE President Gotabaya Rajapaksa. @GotabayaR #SriLanka #GoSL
— Ajith Nivard Cabraal (@an_cabraal) April 4, 2022
Saat ini, Sri Lanka telah dilanda krisis ekonomi terburuk yang terjadi sejak mereka merdeka dari Inggris pada tahun 1948. Krisis itu menyebabkan pemadaman listrik yang berlangsung hingga setengah hari, bahkan lebih.
Harga BBM, makanan, obat-obatan, dll meningkat drastis. Antrean panjang pun terjadi di supermarket, pompa bensin, dan apotek.
Kemarahan publik pun memuncak dan menyebabkan aksi protes yang penuh kekerasan di Kolombo.
Para demonstran melemparkan batu bata, dan menyalakan api di luar kediaman Presiden Gotabaya Rajapaksa.
Menanggapi aksi demo yang brutal, pemerintah Sri Lanka sempat mengumumkan keadaan darurat, dan memberlakukan jam malam di beberapa bagian kota serta memblokir platform media sosial secara nasional.
Sementara itu, Presiden Gotabaya Rajapaksa tidak mengungkit soal pengunduran diri menterinya. Dalam sebuah pernyataan, ia hanya mendorong para partai untuk bekerja sama demi warga dan masa depan generasi Sri Lanka.
“Krisis saat ini adalah hasil dari beberapa faktor ekonomi dan perkembangan global. Sebagai salah satu negara demokrasi terkemuka di Asia, solusi harus ditemukan dalam kerangka demokrasi,” Kata Presiden Rajapaksa.
Kabar terbaru dilansir dari The Times India, Selasa (5/4), Presiden Rajapaksa mengumumkan tidak akan mengundurkan diri terkait keputusan hengkang dari kabinetnya.
Cadangan mata uang telah merosot ke 70% dalam dua tahun terakhir, menjadi $2,31 miliar (sekitar 33 triliun rupiah). Sri Lanka harus membayar utang sekitar $4 miliar (sekitar 57 triliun rupiah) selama sisa tahun ini, termasuk obligasi negara internasional senilai $1 miliar (sekitar 14 triliun rupiah) yang jatuh tempo pada bulan Juli.