JAKARTA, HOLOPIS.COM – Pengamat Politik dari Exposit Strategic, Arif Susanto menilai kemarahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada para menteri di Kabinet Indonesia Maju Jilid II beberapa waktu lalu di Bali, merupakan simbol dari politik ‘cuci tangan’.
Melalui kemarahannya itu, menurut Arif, Jokowi mencoba melempar kesalahan dari kinerja buruk di sektor pangan dan pertanian yang terjadi belakangan ini kepada para menterinya. Dengan begitu, kata Arif, tren kepuasan publik terhadap Orang nomor satu di RI itu tetap terjaga.
“Jadi, ketika mereka (presiden) marah kepada menteri, itu sebenarnya Jokowi sedang meletakkan bahwa problem-nya ada pada menteri, bukan pada presiden,” ujar Arif seperti dikutip dari diskusi daring, Minggu (27/3).
Sebagaimana diketahui, momen kemarahan mantan Gubernur DKI Jakarta di hadapan publik pada Jumat (25/3) lalu itu bukan pertama kalinya terjadi.
Sebelumnya, Jokowi juga pernah melakukan hal serupa dalam agenda Sidang Kabinet Paripurna pada Juni 2021 lalu. Saat itu, Jokowi terlihat jengkel dengan kinerja anak buahnya terkait penanganan pandemi Covid-19.
Arif menilai, langkah yang dilakukan Jokowi merupakan hal yang wajar terjadi di dunia poltik Tanah Air. Ia menyebut, ekspresi kemarahan yang ditunnjukkan oleh seorang pemimpin merupakan simbol politik.
Cara itu, disebutnya, digunakan untuk menunjukkan sense of crisis, agar mudah dipahami publik. Melalui cara itu, seorang pemimpin akan lebih mudah menarik simpati publik, ketimbang menunjukkan citranya lewat menyusun kebijakan publik.
“Politik kita memang menyediakan banyak panggung untuk bisa diakses secara mudah oleh publik sebagai bahasa yang lebih mudah dimengerti. Jadi, kalau Presiden marah, itu, kan, ekspresinya terlihat,” kata dia.