Holopis.com JAKARTA, HOLOPIS.COM – Klaim sejumlah brand asal Indonesia mengaku tampil di ajang Paris Fashio Week viral di media sosial. Diberitakan sebelumnya, Pemerhati fashion show, Lucky Heng dalam akun instagrmnya, menegaskan bahwa brand yang tampil di Paris, Prancis, berbeda dengan Paris Fashion Week yang diselenggarakan secara resmi.

Lalu, Seperti apa sejarah Paris Fashion Week, dan mengapa Paris bisa menjadi kiblat mode fashion dunia?

Diawali oleh desainer Charles Worth (akhir abad 19) dan Paul Poiret (awal abad 20) yang memikirkan kemungkinan semua koleksi busana desainer bisa ditampilkan dalam sebuah gelaran.

Di saat bersamaan, desainer Lady Duff-Gordon melakukan hal yang sama di London, Inggris.

Dilansir dari Vogue, Poiret memutuskan untuk menggabungkan perdagangan dengan sosialisasi, mengundang penikmat mode untuk datang mengenakan busana terbaik mereka. Salah satu momen paling menonjol adalah pesta The Thousand and Second Night di 1911 di mana Poiret menampilkan gaun kap lampu dan celana harem.

Kemudian ini makin berkembang. Pada 1920-an dan 1930-an, Paris memamerkan kesederhanaan Coco Chanel, karya eksperimental surealis ala Elsa Schiaparelli hingga draping yang mengalir ala Madeleine Vionnet.

Hanya saja, saat itu pertunjukan lebih bersifat kecil, presentasi terbatas untuk klien dan jauh dari fotografer. Hal ini dilakukan karena kecemasan akan penjiplakan.

Paris Fashion Week pertama

Setelah Perang Dunia II, peragaan busana di Paris menjadi lebih teratur. Pada 1945 Chambre Syndicale de la haute Couture menetapkan bahwa semua rumah mode harus menghadirkan 35 looks untuk siang dan malam secara musiman.

Industri mode dunia berkembang begitu pula di New York. Paris cukup gugup melihat pengaruh mode New York. Namun Paris memiliki senjata rahasia, Christian Dior. Koleksi pertama Dior, ‘Corolle’, dihadiri media mode dan mereka diizinkan untuk mengambil gambar.

Ini pun diikuti Yves Saint Laurent pada 1966 yang menghadirkan lini prêt-à-porter termasuk setelan tuksedonya yang disukai.

Pada 1973, Fédération Française de la Couture resmi berdiri dan menandai Paris Fashion Week pertama di kota mode tersebut.

Pertunjukan dibuka dengan Battle of Versailles Fashion Show di mana lima desainer Paris diadu dengan lima desainer Amerika. Memang ada ketegangan tetapi gelaran ini bertujuan untuk penggalangan dana untuk restorasi Istana Versailles.

Tim Paris mengusung Yves Saint Laurent, Emanuel Ungaro, Christian Dior, Pierre Cardin dan Hubert de Givenchy, sementara tim Amerika diwakili Anne Klein, Halston, Oscar de la Renta, Bill Blass dan Stephen Burrows.

Sejak saat itu, pertunjukan mode di Paris makin berani dan spektakuler. Thierry Mugler menjajah stadion Le Zenith untuk 6 ribu penonton, bra berbentuk kerucut karya Jean Paul Gaultier, dan kebangkitan Chanel di tangan Karl Lagerfeld pada 1980-an.

Wajah Paris Fashion Week Kini

Saat ini, show di Paris lebih dramatis, dari sebelumnya. Set yang dibuat khusus saat ini, telah menjadi norma bagi banyak label, sehingga Paris Fashion Week juga telah memiliki latar runway yang mereplikasi stasiun kereta api, supermarket, bandara, dan komidi putar.

Banyak dari setting ambisius ini datang dari masa Karl Lagerfeld di Chanel, yang setiap musimnya selalu berusaha menjadi yang terbaik. Di sisi lain, Louis Vuitton, Balenciaga, dan Rick Owens bermain dengan teatrikal, yang terakhir mempersembahkan ransel manusia untuk show musim semi/musim panas 2016nya.

Sistematika penyelenggaraan Paris Fashion Week saat ini

Fédération de la Haute Couture et de la Mode mengoordinasi dan berusaha membuat pagelaran Paris Fashion Week lebih baik setiap tahunnya. Di tahap awal, Federasi akan berhubungan dengan kota lainnya, yaitu Milan, London, dan New York untuk menjamin koherensi internasional dan tetap menjadi tuas pengembangan yang melayani label-label terkait.

Fédération de la Haute Couture et de la Mode memberikan dukungan logistik kepada label yang menjadi anggota dan tamu, dengan menegosiasikan ruang pameran, biaya SACEM sejak awal, dan tergantung profil setiap label, akan menawarkan dukungan keuangan untuk show (DEFI). Untuk hubungan rumah mode dan media, Fédération de la Haute Couture et de la Mode menyusun dan mengirimkan daftar jurnalis dan fotografer terakreditasi, setiap musimnya.

Daftar ini, yang hanya tersedia untuk label-label yang ada di kalender resmi Paris Fashion Week, merupakan basis data penting untuk mengirimkan undangan ke berbagai acara terkait. Federasi juga akan memberikan follow-up terkait koleksi dan menyediakan konten penting yang berfungsi untuk menganalisis pekan mode terseut secara keseluruhan.

Melayani 800 pembeli profesional, 2000 jurnalis, dan 400 fotografer, Couture Fédération de la Haute Couture et de la Mode mendirikan workspace khusus yang dijadikan sebagai pusat informasi, dinamakan Paris Fashion Week Center. Pusat informasi ini memanfaatkan berbagai mitra untuk memfasilitasi dan meningkatkan masa tinggal semua orang di Paris.

Fédération Française de la Couture memberikan dukungan untuk layanan ini sesuai kebutuhan dan bersama-sama dengan mitra, Federasi juga akan membantu mereka yang terdaftar untuk mengembangkan keahlian mereka dan berinovasi.