JAKARTA, HOLOPIS.COMGusDurian cabang Jepara, Rumail Abbas alias Gus Rumail ikut keras dalam membela masyarakat Wadas yang diduga mendapatkan intimidasi dan gesekan fisik dari aparat Kepolisian saat ada upaya pengukuran paksa lahan warga untuk bakal tambang batuan andesit pada hari Selasa (8/2) lalu.

Ia menyatakan, bahwa dirinya sama sekali tidak anti terhadap pembangunan. Akan tetapi, apapun dalih yang dipakai, apakah itu proyek strategis nasional ataupun tidak, tidak boleh dijalankan di tempat yang masih menyisakan polemik.

“Aku pro pembangunan, sebenarnya.
Namun bukan di tempat problematik,” kata Gus Rumail, (9/2).

Soal Wadas, sikap persuasif sekaligus preventif dan preemtif belum tercapai dengan baik, sehingga wajar saja ketika ada gejolak perlawanan dari masyarakat setempat yang terdampak langsung dengan kebijakan tersebut.

“Yang belum selesai dikerjakan negara adalah sosialisasi seberapa penting proyek strategis nasional, seberapa prioritas, apa yang menjadi manfaat dan kemaslahatan, dan perhitungan kerugian ekologisnya,” jelasnya.

Edukasi yang baik perlu dilakukan jika memang hasil kajian yang ada membuktikan dan menguatkan, bahwa ada nilai manfaat yang besar bagi masyarakat tanpa menimbulkan kerusakan lingkungan baru yang berpotensi menjadi besar.

Dari sudut pandang inilah, Gus Rumail menilai pemerintah gagal menjadi negosiator yang baik.

“Asal proyek itu jalan adalah berbeda dengan dijalankan dengan pertimbangan matang. Pertimbangan matang ini, tentu saja dari banyak aspek. Tapi jika orientasinya kalau warga mau menjual tanahnya, berarti proyek ini baik, ya, wasalam,” tuturnya.

Makanya kata Gus Rumail, sewaktu ada isu tambang dan industrialisasi di suatu wilayah, seharusnya debat publik ada pada analisa mengenai dampak lingkungan (Amdal). Bukannya mengglorifikasi cekcok antara warga yang bersedia menjual tanahnya pada korporat, dan yang tidak bersedia.

“Amdal jadi sangat penting karena menjadi pertimbangan untuk memutuskan sebuah proyek bakal sah atau tidak,” tandasnya.