JAKARTA, HOLOPIS.COM – Tahun Baru Imlek merupakan perayaan terpenting masyarakat Tionghoa. Perayaan Imlek atau Tahun Baru China tahun ini jatuh pada 1 Februari 2022.
Seperti apa sejarah kehadiran perayaan Imlek di tengah masyarakat Indonesia?
Dilansir dari laman Indonesia.go.id, pada era Presiden Soekarno, saat periode Indonesia merdeka , Imlek boleh dirayakan secara terbuka.
Masyarakat Tionghoa diberi ruang ekspresi keagamaan dan kebudayaan secara bebas, bahkan diperbolehkan turut berpartisipasi di bidang politik secara aktif.
Sejarah juga mencatat, Zhou Enlai, Menlu China waktu itu, pernah diundang Presiden Soekarno untuk datang dan menghadiri Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955.
Bahkan tercatat, DKI Jakarta pernah dipimpin Henk Ngantung, Gubernur beretnis Tionghoa yang membuat sketsa Tugu Selamat Datang di depan Bundaran Hotel Indonesia.
Hingga zaman kepemimpinan Presiden Soeharto, Instruksi Presiden 14 tahun 1967 tentang Agama Kepercayaan dan Adat Istiadat Cina terbit.
Apapun yang berbau Tionghoa dilarang dirayakan di ruang publik, termasuk Imlek. Untuk mempertegas aturan tersebut, Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No.477/74054/BA.01.2/4683/95 juga dikeluarkan pada tanggal 18 November 1978.
Surat edaran tersebut berisi pengakuan pemerintah pada sebatas lima agama Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, dan Budha.
Yang berarti menjadi titik awal tidak diakuinya Khonghucu sebagai agama di Indonesia.
Beruntung pada era Presiden Gus Dur, Inpres 14 tahun 1967 tersebut dicabut melalui Keputusan Presiden 6 Tahun 2000 mengenai Pemulihan Hak Sipil Penganut Agama Konghucu.
Akhirnya etnis Tionghoa kembali memiliki kebebasan untuk memeluk agama Khonghucu maupun menggelar ritus budayanya secara terbuka dengan terbitnya Keppres tersebut.
Dipertegas lagi dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden 19 Tahun 2001 tertanggal 9 April 2001, Presiden Gus Dur yang meresmikan Imlek sebagai hari libur secara khusus bagi etnis Tionghoa.
Barulah pada 2002, melalui Keputusan Presiden 9 Tahun 2002, Presiden Megawati menetapkan Hari Raya Imlek sebagai Hari Libur Nasional.
Asal Muasal Perayaan Imlek
Di China, Imlek merupakan hari raya yang paling penting di mana dalam bahasa Mandarin, Imlek dikenal sebagai ‘Nongli Xinnian’ (Tahun Baru). Kata Imlek sendiri sebenarnya lebih lazim digunakan oleh etnis Tionghoa yang berada di luar daratan China (overseas China).
Berasal dari dialek Hokkian, Im adalah bulan, Lek adalah penanggalan, yang artinya ‘kalender bulan’. Momen saat malam menjelang tahun baru Imlek dikenal dengan nama ‘Chuxi’, yang berarti ‘malam pergantian tahun’. Selain itu, Imlek juga disebut ‘chunjie’, yang artinya ‘Festival Musim Semi’.
Mengutip buku yang berjudul Nusa Jawa karya Denys Lombard (2005), disebutkan bahwa ada seorang pendeta Buddha yang bernama Fa Hien sering berlayar dari tanah Tiongkok ke India dan sebaliknya.
Pada tahun 412 M, dalam perjalanan dari Sri Lanka untuk kembali ke Tiongkok, kapal Fa Hien terkena badai hingga akhirnya Fa Hien mendarat di Yawadwi (sekarang bernama Pulau Jawa dalam bahasa Sanskerta).
Sejak saat itu, ada banyak orang-orang dari tanah Tiongkok yang datang ke Indonesia dan hal tersebut membuat kebudayaan Tiongkok sangat berpengaruh bagi masyarakat Asia Tenggara, termasuk Indonesia, khususnya masyarakat Jawa.